#SDSMUSLIMIN #SUPERMENTOR6
Bicara cita-cita,
bicara keinginan,
bicara aspirasi dan harapan memang tidak pernah membosankan. Hal-hal seputar itu selalu menyenangkan dan enak untuk dibahas. Bagi saya,
sangat beruntung ketika saya dapat bertanya dan mengetahui langsung jawabannya dari anak-anak
SDS Muslimin, Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Saya memasuki kelas
IV, V dan VI. Setiap kelas, setiap usia,
setiap anak memiliki karakter dan gaya menyambut saya yang berbeda-beda.
Tetapi satu hal, mereka mempunyai tujuan yang sama. Menjadi berguna bagi nusa, bangsa, agama, dan terutama kedua orang tua.
Setelah bercerita dan berbincang dengan mereka,
saya menjelaskan tentang surat yang akan mereka tulis untuk Pak SBY.
“Kalian
boleh tulis cita-cita kalian apa, keinginan kalian apa, dan yang ingin kalian
katakan ke Pak SBY apa.” Kata saya sambil menulis di papan tulis.
“Cita-cita saya mau jadi
Guru seperti Bu Nia, kak.” Teriak seorang murid perempuan di barisan paling
belakang.
Disambar celetukan-celetukan murid lain
yang juga Luar Biasa. “Saya mau jadi Dokter seperti Dokter Fahmi.”
“Aku mau jadi Artis seperti Aliando.” Dan sebagainya.
Saya mengatakan
‘Aamiin’ di dalam hati ketika mereka menyebutkan cita-cita mereka dengan lantang.
Ada banyak hal
yang harus kita tahu, kita mengerti,
kita pahami dan kita maklumi dari anak-anak. Mereka tidak bisa dipaksa,
mereka tidak mudah diarahkan. 100 surat yang mereka tulis adalah kejujuran,
bukan kepolosan.
Bu Fitri,
salah satu Guru di SDS Muslimin berkata pada saya.
“Harap maklum dengan sikap mereka. Karena mereka berasal dari lingkungan yang
berbeda-beda.”
Saya rasa
saya tidak perlu menuliskan lebih detailnya tentang ucapan Bu
Fitri. Anda bisa datang dan melihat mereka langsung di sana. Mereka perlu orang-orang
yang peduli dengan pendidikan, kesejahteraan sosial dan keselarasan HAM.
Bu Khania,
selaku Kepala Sekolah, juga mengungkapkan banyak hal pada saya. Bahwa yang paling
dibutuhkan oleh anak-anak SDS Muslimin adalah kasih sayang yang
tulus. Karena mereka tumbuh di lingkungan yang keras. Not well educated yang tata krama
dan pergaulannya sangat memprihatinkan. Maka dari itu para pendidik dituntut untuk telaten dalam membina mereka.
Ada yang
sangat saya suka dari sosok Bu
Khania. Beliau benar-benar memperhatikan rekan-rekannya. Ia sadar tentang hal tersulit bagi seorang Kepala Sekolah,
yaitu mengenai SDM, tenaga pendidik dan kependidikan. Para guru harus mengubah mindset lamanya. Bu Khania tahu itu tidak mudah, tetapi
pasti bisa.
Harapan Bu Khania terhadap guru-guru di SDS
Muslimin tidak banyak, ia menyampaikan bahwa seorang guru tidak sekadar
mengajar mata pelajaran saja, namun harus benar-benar mendidik karakter murid,
memberi contoh kebiasaan-kebiasaan baik, mengajar penuh dengan kasih sayang
yang tulus, menambah wawasan dan belajar lagi mengembangkan teknik mengajar yang
tepat, serta memberikan pengetahuan-pengetahuan di luar pelajaran yang
diajarkan.
Saya senang mengenal SDS Muslimin. Mengetahui
banyak hal yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan. Saya berharap
surat-surat mereka akan dibaca dan dibalas oleh Pak SBY.
Tidak perlu menunggu punya uang untuk berbagi,
tidak perlu menunggu kaya untuk berbagi, dan tidak perlu menunggu sukses untuk
berbagi.
Kita bisa berbagi semangat, motivasi dan
inspirasi. Kita bisa mendukung mereka untuk menjadi apa yang mereka inginkan.
Karena yang mereka butuhkan adalah keberadaan kita.
Notes:
Menjadi volunteer saja saya rasa sangat biasa dan mudah. Maka dari itu, kali ini saya punya misi. 100 Surat Kecil untuk Pak SBY. Saya lihat mereka begitu lebih antusias ketika ditanya cita-cita, keinginan, aspirasi dan harapan. Mereka memberi saya banyak ilmu dan pembelajaran.
Terima kasih Pak Dino Patti Djalal atas SUPERMENTOR dan FPCI juga inspirasi-inspirasinya.