(Metode
Cinta)
Senja ini
menjadi saksi, bahwa dua orang yang berbeda telah menyatu.
“Aku masih
sangat ingat, bagaimana caramu mendekatiku. 4 tahun yang lalu.” Ujar Embun.
Bahkan di
hamparan pasir putih pantai Anyer ini, kami menatap langit, menghadap matahari
terbenam. Bernostalgia, mengenang peristiwa-peristiwa manis yang kami lalui
bersama.
“Raja dan Ratu 2010 jatuh kepada… Abid Zuhdi
dan Jingga Yasmina.” Sebut MC, diiringi tepukan tangan seluruh siswa dan siswi
baru angkatan 2009/2010 SMA Pandawa Lima, beserta dewan guru dan para alumni
sekolah yang diundang.
Aku dan Abid sama-sama tidak percaya, tidak
menyangka atau apalah itu namanya. Kami benar-benar terkejut. Akhirnya, kami
pun maju ke depan lapangan. Naik ke podium yang disediakan khusus untuk
penobatan Raja dan Ratu 2010.
“Mahkota akan diberikan oleh kak Embun
Dirgantara dan kak Anita Sintya, selaku alumni juga mantan Raja dan Ratu 2003. Kepadanya
kami persilahkan.” Lanjut MC.
Kali ini detak jantungku bekerja lebih cepat
dari yang ku bayangkan. Aku, anak baru di kelas X SMA Pandawa Lima, berusia 15
tahun. Merasakan cinta pada pandangan pertama, ke Embun Dirgantara. Ha, sungguh
tidak mungkin. Tibak bisa tidak bisa. Embun 10 tahun di atas aku. Embun yang
dewasa, usianya mungkin sekitar 25 tahun. 25 tahun untuk seorang lelaki itu ya
pastinya sudah menikah atau setidaknya sudah memiliki satu anak. Ya tuhan,
perasaan macam apa ini. Apa aku sudah gila?
“Selamat ya. Jadilah Ratu yang lebih baik
dari ratu-ratu sebelumnya.” Ucap Anita ketika selesai memakaikan mahkota ke
atas kepala Abid Zuhdi dan aku menyalaminya. Dia juga berpesan untuk Raja 2010,
yang tidak sempat ku dengar. Tapi aku melihatnya sekilas. Ha, pandanganku hanya
fokus pada Embun Dirgantara. Bagaimana tidak, dia yang akan memakaikan mahkota
di atas kepalaku.
Terdiam. Aku menikmati masa. Masa ketika
seseorang yang ku suka berada sangat dekat denganku. Hanya berjarak selangkah. Aku
menunduk dan dia memakaikan mahkota Ratu 2010, mahkota yang terbuat dari ranting
kayu dan aneka macam permen. Tapi yang membuatku senang bukan main adalah, Embun
berbisik di telingaku dan kata-katanya itu yang sampai sekarang masih aku ingat
dengan jelas.
“Aku ingin lihat seperti apa kamu 4 atau 5
tahun kemudian. Semoga menjadi Ratu sesungguhnya.” Begitu harapnya.
“Ha, mengingat
itu aku jadi malu. Menurut teman-teman, aku terlalu berani. Menyukai kakak
alumni yang usianya 10 tahun di atasku adalah sebuah aib. Bahkan mereka
menyebutku ‘tukang mimpi’. Karena bagi mereka, aku tidak akan pernah
mendapatkanmu.” Ungkapku.
Heuh. Apa perkataanku
barusan ada yang terdengar aneh? Mengapa Embun menatapku sedemikian tajamnya? Berusaha
memamerkan mata elangnya begitu? Ha, sombong sekali. Apa lelaki tampan di dunia
ini hanya dia seorang?
“Kamu sudah
membuktikan pada mereka, bahwa perasaanmu sejak awal tidak pernah salah. Sekarang
kamu sudah memiliki apa yang kamu impikan. Kamu telah berhasil.” Kata Embun.
Tiba-tiba aku
mencium bau desir pasir yang membawaku kembali ke waktu dimana aku
memperjuangkan semuanya sendirian. Ya, sejak Embun mengatakan harapannya
padaku. Aku menjadi sangat percaya diri, optimis dan pekerja keras. Aku belajar
giat agar lulus dengan nilai terbaik. Aku juga membeli buku diary khusus untuk
mencurahkan perasaanku ke Embun. Dan aku bangkit dari keterpurukkan dalam
menulis, karena Embun adalah inspirasiku. Aku menjadikannya sebagai fondasi
imajinasi. Bahwa suatu saat nanti aku bisa meluncurkan sebuah buku, karya
tulisku yang bertajuk Embun feat Jingga. Dan lihat, sekarang aku ada disini
bersama Embun.
“Berhasil
karena aku menggunakan metode cinta yang benar. Aku pernah menyukai seseorang
di masa kecil. Kata Ibu, itu adalah cinta pertama. Ketika SMA, aku mengalami
perasaan yang sama. Menyukai seseorang untuk kedua kalinya. Dan Ibu bilang, itu
cinta pada pandangan pertama. Aku sempat tanya sama Ibu, apa perasaanku ini
tidak wajar? Lalu Ibu menjawab, cinta datang kepada siapa saja tanpa memandang
usia, apa profesinya atau bagaimana keadaannya. Cinta yang sesungguhnya tidak
kenal sebuah alasan. Karena cinta itu rasa. Bukan status.” Jelasku.
Hey, mata
elang itu berbinar-binar. Aku perhatikan, keduanya memancarkan cahaya kecil. Aku
lihat lebih dalam lagi, dia malah menarikku masuk ke masa setahun silam.
“Ak-hir-nya ku menemukanmu. Sa-at hati
iii-ni mulai merapuh. Ak-hir-nya ku menemukanmu. Sa-at raga iii-ni ingin
berlabuh. Ku ber-harap, engk…” Aku sedang latihan vocal di studio tempat Embun
rekaman. Tapi apa daya, berkali-kali diulang, justru suaraku semakin memburuk. Entah
salah lirik, salah nada, salah fokus dan sebagainya.
“Gak gitu nadanya. Gini, ku berhaa-rap
enggkaulaaah ja-wabaaan segalla risau hatiku.” Ajar Johan. Si produser yang
punya banyak uang. Bahkan ia bisa membayar komposer mahal sekalipun untuk datang
ke studionya. Bukan orang yang tidak tahu apa-apa tentang musik sepertiku.
Embun hanya tersenyum menyemangati dari
balik pintu. Dia tahu aku sedang berjuang dan kuat mental. Berapapun cacaian
atau makian yang terlempar untukku, aku tetap mau belajar. Aku harus bisa, aku
pasti bisa. Aku akan selalu bersama dengan Embun, seorang musisi yang digemari
banyak orang. Mana mungkin aku punya muka untuk membuatnya malu karena memiliki
kekasih yang tidak bisa bernyanyi. Ha, walau aku sadar suaraku tidak begitu
bagus atau merdu. Setidaknya aku bisa bernyanyi di depan Embun.
Latihan cukup. Di rumah, aku begadang selama
beberapa malam. Menyelesaikan proyek naskah novel pertamaku. Lalu lanjut
menyusun konsep baru tentang sebuah simfoni. Ya, aku akan memberi Embun satu
kejutan. Kejutan yang ku kerjakan bersama teman-teman bandnya, tanpa
sepengetahuannya tentunya.
Di hari ulang tahun Embun yang ke-29 tahun. Aku
menggelar orkestra sederhana untuk memperingati hari lahir seseorang yang ku
cintai. Dihadiri beberapa musisi seperjuangannya, sahabat-sahabat lamanya, juga
keluarga besarnya yang selalu mendukungku. Aku bahagia, akhirnya aku bisa
menjadi apa yang dia harapkan. Aku menjadi ratu di hatinya. Karena metode cinta
yang ku pakai, ‘Lakukan dengan sungguh-sungguh. Maka cinta akan menghampirimu.’
“Berjuang
untuk cinta tidak sulit bukan?” Tanya Embun memastikan. Aku mengangguk.
“Begitu pun
dengan impian. Mengejar cinta artinya kamu sudah melakukan banyak hal. Karena cinta
kamu menjadi juara, karena cinta kamu belajar bernyanyi, karena cinta kamu
mendadak jadi EO, karena cinta kamu jadi punya keluarga baru, karena cinta kamu
benar-benar memetik hasil. Kamu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menjadi Jingga
yang warnanya cerah.” Lanjutnya.
Aku baru sadar
sekarang. Cinta menuntunku melakukan banyak hal. Hal-hal yang mengagumkan. Aku mengerti,
aku paham. Aku bisa menghadapi ini semua, melewati segalanya, karena kekuatan
dari cinta. Cinta yang mengepakkan dua sayap untuk menyatu dan terbang bersamanya,
yaitu Embun dan Jingga.