Sabtu, 30 Agustus 2014

YU (SATU PER SATU)


Aku tidak ingat apa cita-citaku waktu kecil
Aku juga tidak memikirkannya saat itu
Yang aku ingat aku hanya sangat senang bermain
Punya banyak teman
Tertawa karena kotor-kotoran
Bertengkar karena mainan rusak
Dan menangis ketika luka karena terjatuh

Di masa belia
Aku baru merasakan artinya prestasi
Apalagi ketika mendapat peringkat lima besar di kelas
Aku benar-benar menjadi anak sekolahan
Belajar dengan sungguh
Selalu di rumah, jarang keluar
Bersaing secara sehat
Sebagaimana mestinya seorang pelajar

Dan ketika menginjak usia enam belas tahun
Aku mulai mengenal dunia luar
Dunia yang tidak pernah aku bayangkan aku akan menyentuhnya
Ya, dunia kepenulisan

Kamu tahu, yu
Seseorang telah membangkitkanku kembali
Atau mungkin aku tidak pernah putus asa
Namun orang tersebut menyambutku dengan leluasa

Hingga nyaris 3 tahun kemudian
Aku dipertemukan lagi dengan seseorang yang membangkitkanku
Seseorang yang sekarang aku panggil yu

Ya, kamu
Mungkin kamu lupa kapan pertama kali kita bertatap muka
Atau mungkin kamu tidak ingat pernah bertemu dengan orang sepertiku
Bagaimana kamu menyebutnya, Jingga? Manis sekali
Atau bahkan mungkin kamu sudah melupakanku
Sedemik apakah asal kamu tahu rasanya dibiarkan?
Malah aku sulit menjelaskannya di sini

Dan satu per satu yang aku impikan mulai tercapai
Pertama, aku ingin menulis sebuah novel
Justru Tuhan menganugerahkan aku tiga judul novel
Dengan banyak judul lain yang belum juga aku selesaikan
Kedua, aku ingin lebih dekat dengan seorang motivator
Lalu Tuhan menghadiahkan aku kesempatan menjadi orang yang bijaksana
Dididik langsung oleh mentor yang merupakan motivator nomor satu di Indonesia
Ketiga, aku ingin bekerja sesuai dengan apa yang aku suka
Lagi, Tuhan sangat baik kepadaku
Setiap hari aku dapat membaca banyak buku
Keempat kelima keenam dan seterusnya
Aku harap Tuhan akan selalu menyayangiku
Berada di sampingku
Seperti seorang musisi dengan musiknya
Begitu juga seorang penulis dengan buku-bukunya

Yu,
Sejujurnya aku malu mengatakan ini
Tetapi ini satu-satunya cara yang bisa aku lakukan
Supaya kamu mengerti

“Embun mencurahkan pada daun bukan?
Dan Jingga meluahkan pada air terjun
Lalu apakah ada di antara keduanya sebuah ketidakmungkinan untuk bersama?”

Sementara,
Embun ada di pagi buta, sebelum atau setelah fajar misalnya
Embun juga ada sehabis hujan
Begitupun dengan Jingga
Jingga ada pada warna pelangi
Pelangi ada sehabis hujan
Pelangi ada di dekat air terjun
Dan di sana juga ada Embun

Mungkin kamu tidak punya waktu untuk memikirkan ini sedetikpun
Tidak apa-apa
Aku tetap mengingat pernyataanmu
Bahwa
Embun dan Jingga hanya ada dalam sebuah novel