Hallo, kali ini aku mau
membahas novel kedua dari Dwi Andhika yang berjudul I LOVE YOU BEIB. Novel
tersebut baru saja launching pada 11 April 2014 lalu. Kebetulan aku datang di
acara book launchnya di Teebox Café, Blok M. Novel pertama kak Dhika berjudul TEARS
SPRING IN KOREA, launching pada 11 November 2012 silam. Tepat di usiaku yang
ke-18 tahun, specialnya lagi, novel itu juga aku dapatkan lho, lengkap dengan
memo dan tanda tangan penulisnya.
Sebelum datang di acara
book launch I LOVE BEIB ini, aku sempat berpikir, kenapa ya setiap book launch
novelnya kak Dhika pasti selalu tanggal 11? Apa karena itu tanggal lahirku?
Hahahahaha agak narsis ya. Tapi kata kak Dhika, dia suka sama angka 11, mungkin
itu angka keberuntungannya atau angka yang ajaib buat dia atau apalah. Hanya
dia dan Tuhan yang tahu. Hehehehe
Kesan pertama
mengetahui judul novel kedua kak Dhika ini adalah ‘begitu romantis’. Terbukti
dengan puisi pembuka yang sukses mengharukan dan bagiku sendiri cukup ketebak
endingnya seperti apa. Pasti kehilangan, pasti ada yang meninggal, pasti bikin
nangis, pikirku.
Pemeran utama, Laras
(Puan Larasati). Memiliki sahabat bernama Naira. Tetiba, aku membayangkan bahwa
Laras itu Vebby Palwinta dan Naira itu Vinessa Inez. Sudah menjadi tradisiku
dalam membaca, apapun jenis novelnya, pasti aku memfilmkan novel yang ku baca dalam
pikiran dengan tokoh-tokoh yang ku setujui sendiri. Dan ujung-ujungnya, bisa
merasa puas juga.
Aku kurang suka sama
bab pertama. Bikin kesal. Orang tua Laras sibuk banget gitu. Sering
meninggalkan Laras dan mementingkan pekerjaannya masing-masing.
Untuk Dion (Dion
Devanindra), si kapten basket yang jangkung dan digemari banyak cewek-cewek di
sekolah itu adalah Kevin Lukas. Aaaaa entah kenapa, sosok Dion sangat cocok
diperankan oleh Kevin. Mungkin karena mereka sama-sama cool, sama-sama cukup
pendiam dan memiliki gaya penampilan yang sederhana tapi tetap terlihat
menarik. Ya, Laras suka sama Dion. Suka banget, sampe-sampe Laras ingin status
yang jelas dari kedekatan mereka selama ini.
Sebenarnya sih bisa
dibilang kalau Dion itu cowok idamanku, dia suka baca buku, dia mendalami makna
cinta begitu murni atau mahal atau sangat berarti. Sehingga tidak mudah untuk
mengatakannya seperti ‘I love you’ ‘aku sayang kamu’ dan semacamnya. Perjalanan
cinta Laras dan Dion mengalir saja. Menariknya, setiap kali Dion memberi Laras
boneka Teddy Bear. Menurut Laras itu hanya sebuah boneka, tidak memiliki makna
apa-apa. Tapi bagi Dion, boneka tersebut adalah symbol perasaannya pada Laras.
Huh, membaca novel ini
aku benar-benar empati banget sama apa yang Laras alami. Mungkin karena
sama-sama perempuan kali ya. Tapi aku lebih ke Dion, menjadi Dion, serius.
Tokoh Vega, Gea dan May
memang menghidupkan Dion sebagai primadonna di sekolahnya. Ibarat tempat tidur,
selain ada bantal dan guling, mereka itu selimut. Melengkapi gitu.
Bab ke-4 dan ke-5
favoriteku banget. Karena di bab tersebut, Dion membuatku (pembaca) terpukau
dengan segala pengetahuannya tentang cinta sufinya Jalaluddin Rumi. Lalu Dion
memperkenalkan novel serasi Air Mata Terakhir Bunda dan Ayah Menyayangi Tanpa
Akhir karya Kirana Kejora. Kirana Kejora, penulis yang juga memotivasi kak
Dhika dalam menulis novel. Memotivasiku juga tentunya, karena beliau begitu
welcome terhadap siapapun yang mau dan ingin berkarya lewat tulisan. Mengenai
puisi-puisi cinta, tak lepas dari nama Kahlil Gibran. Ya, awal kedekatan Laras
dan Dion karena momen rebutan buku di perpustakaan. Rebutan buku yang halus sih
lebih tepatnya. Si Dion besar hati gitu, mengalah untuk Laras.
Hari demi hari, Dion
tak kunjung menyatakan cintanya pada Laras. Padahal Laras sangat berharap bahwa
kedekatan mereka itu memiliki status yang jelas, pacaran ya pacaran, tidak ya
tidak. Namanya perempuan, gak suka digantung atau diPHP gitu, perlu kepastian.
Boneka-boneka Teddy Bear dari Dion hanya disimpan Laras dalam kardus sepatu
yang diletakkannya di dalam lemari. Boneka-boneka itu sering Laras campakkan.
Mendekati ending, hari
ulang tahun Laras. Kalau di film, ini golden scene menurutku. Hujan deras
disertai petir yang dahsyat dan angin yang kencang, Dion datang ke rumah Laras.
Tidak lama, hanya memberi kado ulang tahun saja. Alasan Dion, karena omanya
sedang sakit. ketika Dion pulang, Laras kecewa berat. Ia membanting
boneka-boneka dari Dion, bahkan diinjak-injak. Hingga keluar suara dari
boneka-boneka itu, ‘I love you I love you I love you’. Laras tidak percaya. Ya,
begitulah cara Dion mencintainya.
Di sekolah, Laras ingin
minta maaf pada Dion atas prasangka buruknya selama ini tentang kemiskinan Dion
terhadap pernyataan cinta yang menurut Laras harus diucapkan. Tapi apa daya,
kata Rayhan (sahabat Dion), Dion sudah nggak ada.
Dion kecelakaan ketika
pulang dari rumah Laras.
Nangis lho nangis, air
mataku sampai bertetesan. Setiap membaca novel, selalu ada peristiwa yang
menyedihkan yang menguras air mata. Inilah tulisan karya kak Dhika, di Tears
Spring In Korea, si tokoh perempuan yang meninggal. Di I Love You Beib, si
tokoh laki-laki yang meninggal. Novel selanjutnya, ada tokoh yang meninggal
lagi gak ya? Ditunggu pokoknya.
Untuk penulisan kata
yang kekurangan huruf atau salah huruf gitu, aku menyadarinya hanya ada satu
dua atau tiga kata saja deh. Untuk tanda baca, aku mudah memahaminya saja. Untuk
cerita-cerita di setiap babnya, mudah dimengerti. Untuk karakter tokoh, menarik
banget. Yang tak ku sangka itu ya si Dion. Kapten basket, primadonna di
sekolah, kok suka baca buku, novel, suka puisi. Jarang banget yang seperti itu.
Ini cukup menjernihkan pikiran atau mindset orang-orang sih. Yang terlintas di
benak ketika mendengar kata ‘kutu buku’ pasti berkacamata, culun, cupu, gak
keren. Tapi di I Love You Beib ini, Dion mempesona. Dia bawa motor gede, meski
jangkung, dia cool. Buktinya, dia disukai banyak siswi-siswi di sekolahnya. Ah,
naksir deh sama Dion. Hihi
Ohya, Laras dan Naira
juga pergi ke London. Aku (pembaca) berasa ikutan kesana juga. Seru banget.
Dapat pengetahuan-pengetahuan baru tentang yang ada di kota London. Terutama
Museum Patah Hati. Aku kira itu hanya museum yang dibuat-buat oleh penulis, eh
ternyata memang benar ada di London. Menakjubkan. Alasan yang membawa Laras
sampai ke London, ke Museum Patah Hati juga sangat berkesan. Apalagi kalau
bukan untuk mengabadikan Teddy Bear dari Dion. Karena museum tersebut adalah
museum tempat penyimpanan barang-barang dari sang kekasih. Yang mungkin telah
pergi, atau cintanya telah putus, atau kandas atau bertepuk sebelah tangan.
Intinya, yang patah hati gitu.
Bicara Teddy Bear, kak
Dhika juga menceritakan sejarah tentang Teddy Bear. Yang jujur, baru ku ketahui
setelah membaca I Love You Beib ini.
Gimana?
Menarik bukan untuk dibaca? Dikonsumsi di waktu luang.
Covernya manis sekali lho, ada Teddy Bearnya.
Baca novel ini aku hanya menghabiskan waktu 2 jam. Dari jam
8 sampai jam 10 malam.
Sukses terus buat kak Dhika. Good job (y)
“Maknai cinta dengan jiwa, karena cinta hanya bisa
terjawab dengan bahasa rasa.”
I LOVE YOU BEIB
Dwi
Andhika
Penerbit:
Zettu
Book
Launch 11 April 2014