LOVE JOURNEY
Ini
kisah cinta paling gokil yang pernah aku alami.
Baru
beberapa minggu masuk sekolah, aku sudah berani menyatakan cinta pada salah
satu kakak osis. Dengan lugu sambil membawa sebuah surat bertuliskan perasaanku,
aku menghampiri kak Nirwan yang sedang duduk sendirian di ruang mading. Dari belakang,
aku meyodorkan surat cinta itu.
“Aku
suka sama kakak.”
Kakak
itu menolehku dan aku tercekik. Auw, salah orang.
“Delisa.
Kamu suka sama aku?”
Aku
mati rasa, mati gaya, membisu. Surat cinta itu terlanjur diterima, dibuka,
dibaca dan ditanggapinya dengan baik. Aaah bodoh, gerutuku dalam hati.
“Aku,
aku juga suka sama kamu.”
Setelah
itu, aku dan kak Tian jalan bersama menuju kantin. Selama di perjalanan, kak
Tian banyak tanya. Aku bicara sedikit.
“Kok
bisa sih kamu suka sama aku? Waktu orientasi tuh aku sering perhatiin kamu loh.
Gak nyangka aja sekarang kita jadian.”
Aku
hanya bisa berteriak dalam hati. Dimana kak Irwan?
Uh
tidak tepat. Kak Nirwan datang di saat aku dan kak Tian lagi sok mesra.
“Tian,
Delisa. Kok kalian akrab banget? Tanya kak Nirwan.
“Iya
wan, gue sama Delisa baru jadian.”
“Oh.
Selamat ya.” Kak Nirwan memegang bahu kak Tian. Aku memucat.
Lalu
kak Nirwan pergi. Tubuhnya mendadak lesu, keningnya berkerut, tampangnya sedih,
matanya kecewa dan dadanya sesak. Kak Tian memegang tanganku, aku hanya pasrah.
Terlanjur salah sasaran. Tidak mungkin aku bilang ke kak Tian kalau aku salah
orang. Sebenarnya surat itu buat kak Nirwan bukan kak Tian. Ah, bisa enyah. Malu
tingkat langit ketujuh.
“Del,
katanya kamu jadian sama kak Tian? Beneran?” Tanya Nita mengejutkanku di kelas.
“Iyaaa.”
“Lah
kok bisa?”
“Aku
salah orang ta.”
“Maksudnya?”
“Surat
cinta yang aku tulis buat kak Nirwan. Malah aku kasih ke kak Tian.”
Nita
menertawaiku terbahak-bahak. Aku cemberut.
“Tuhkan
ih. Bukannya kasih solusi. Malah ketawa.”
“Abisan
kamu lucu sih Del. Kok bisa salah orang sih? Kak Nirwan sama kak Tian kan beda.”
“Tapi
dari belakang mereka agak mirip.”
“Makanya
teliti. Hahahahahahaha gokil.”
“Sekarang
gimana coba? Udah jadian sama kak Tian, dan semuanya tahu. Parah kan.”
“Gak
papa, untung-untung terkenal. Kamu lagi jadi trending topic kakak-kakak kelas
tuh. Mantabbb.”
“Huft.
Nitaaa.” Aku membanting tangan ke meja.
Pulang
sekolah. Aku bareng sama kak Tian. Motor sportnya membuatku salah tingkah.
“Pake
helm ya.” Kak Tian memakaikan helm ke kepalaku.
Kak
Nirwan melihat dari dekat parkiran. Aku makin pendiam.
“Yuk.”
Ajak kak Tian.
Aku
naik ke motor dengan kaku. Motor melaju dan mataku masih memandangi kak Nirwan.
Setelah aku dan kak Tian tak terlihat lagi. Nita menghampiri kak Nirwan.
“Kak
Nirwan.”
“Iya.”
“Kakak
tadi lihatin siapa?”
“Delisa
sama Tian.”
“Oh.
Hhm, kakak cemburu ya?”
“Ah
enggak.”
Kak
Nirwan pergi begitu saja. Nita heran dan sedikit kesal.
Beberapa
hari kemudian. Jam pelajaran olahraga. Praktek baseball. Aku tertabrak siswa
yang sedang mengejar bola. Di uks, aku sadar dari pingsan. Dan menyenangkan, di
sampingku ada kak Nirwan.
“Delisa,
gimana keadaan kamu? Maaf ya, tadi temen sekelas kakak gak sengaja nabrak kamu.”
“Aku
gak papa kok kak.” Aku malu-malu. Dag-dig-dug rasanya.
Nita
datang merusak suasana.
“Delisaaa.”
Teriak Nita.
“Aku
keluar ya, aku harus ngebaseball lagi.”
“I-iya
kak.”
Kak
Nirwan keluar. Aku mengungkapkan kekesalan pada Nita.
“Ih
Nitaaa. Tuhkan kak Nirwannya jadi pergi.”
“Yee
maaf. Aku kan bawa ini buat kamu.”
Nita
memberikanku makanan dan minuman.
“Eh
del, tadi tuh ya, kak Nirwan yang gendong kamu sampe ke uks. Terus dia juga
yang nungguin kamu sampe kamu sadar.”
“Hah
serius? Aaah sumpah?”
“Iya
sumpah.”
Aku
gembira sekali. Tapi tiba-tiba teringat kak Tian.
“Kak
Tian mana ta?”
“Loh
aku gak tau. Kamu kan pacarnya.”
Aku
bangkit lalu mencari kak Tian sampai ke sudut sekolah. Di taman dekat pinggir
kolam ikan, kak Tian melamun.
“Kak
Tian.”
“Hey.”
“Kak.
Aku…”
Kak
Tian memelukku. Lagi-lagi, ada kak Nirwan yang bersembunyi.
“Kamu
gak papa kan?”
“Aku
gak papa kak.”
“Lain
kali jangan main di dekat anak-anak yang lagi baseball. Bahaya kayak tadi.”
“Iya
kak.”
Aku
kebingungan. Kak Tian tahu kalau aku pingsan tapi dia tidak menjengukku di uks.
Dari seorang teman, katanya kak Tian sempat ingin menungguku, karena melihat
ada kak Nirwan disitu, kak Tian langsung pergi lagi. Heuh.
Di
suatu kesempatan, aku dan kak Nirwan bicara berdua.
“Kak.”
“Iya.
Kenapa?”
“Gak
papa.” Kataku tersenyum malu.
“Kamu
lucu ya. Pantes Tian suka sama kamu.”
“Tapi
aku sukanya sama kakak.” Ups aku keceplosan.
“Apa?”
“E-nggak
kak.” Aku kabur.
Aku
menceritakan lelucon itu pada Nita dan aku ditertawakan lagi. Nasib.
“Hahahahahahahaha
delisa delisa. Kapan sih kamu jadi cewek beneran. Yang romantic kek gitu. Serius
dikit napa. Padahal itu kesempatan kamu buat bilang soal surat cinta yang salah
orang itu. Hahahahahaha”
“Nitaaa.
Aku grogi. Salah tingkah terus. Malu tauuu. Rasanya tuh ya, deg-degan gitu.”
“Iya
tau. Yaelah emang kamu doang apa yang lagi jatuh cinta. Hadeuh.”
Aku
cengar-cengir.
Saat
acara pentas seni berlangsung. Kak Nirwan dan bandnya menyanyikan sebuah lagu
dari Afgan ‘SABAR’. Sebagai vokalis, kak Nirwan menghayati makna lagu itu dan
membawa suasana haru bagi para pendengar. Begitu pun denganku. Aku terpesna
dengan suara bagus kak Nirwan dan sosoknya yang aku sukai, selesai tampil, aku
menghampiri kak Nirwan dengan semangat.
“Awesome
kak.” Kataku.
“Makasih
ya.” Katanya.
“Nih.
Buat kakak.” Aku berikan minuman kaleng untuknya.
Kak
Nirwan minum penuh haus. Aku terhipnotis pesonanya.
“Del.
Deeel.”
“I-iya
kak.”
“Nanti
aku traktir makan di luar ya.”
“Wah
iya iya.”
“Satu
jam lagi aku tunggu di depan gerbang.”
“Okey.”
Kak
Nirwan pergi. Aku ingat kak Tian, lalu cuek lagi. Kejam.
Sebelum
satu jam yang dinantikan, ternyata Nita sudah menceritakan kisah surat cinta
yang salah orang itu. Kak Tian pun akhirnya menerima dengan tetap tenang. Kak
Nirwan lega. Di parkiran, Nita mempertemukanku dengan keduanya.
“Jadi,
kita udah putus ya.” Kata kak Tian.
“Kak…”
“Aku
gak papa del. Santai aja. Nirwan sahabat baik aku kok di kelas. Kita gak bakal
berantem gara-gara kamu. Hehe” Kak Tian sok tegar padahal sakit.
“Ayo
nit kita ke panggung lagi. Biar mereka bicara berdua aja disini.”
Nita
dan kak Tian meninggalkanku dan kak Nirwan.
“Kak…”
“Aku
tau. Aku tau dari dulu surat cinta itu buat aku.”
“Kok
tau?”
“Iya.
Kamu gak inget waktu pemilihan suara kakak osis yang paling disukai? Di kertas
kecil kan seharusnya cuma boleh tulis satu nama yang artinya satu kata aja, gak
lebih. Tapi kertas suara kamu, ada namaku dan kalimat-kalimat kamu suka banget
sama akulah, bla-bla-bla.”
“Oh
iyaaa. Hahahahahaha ih nyebelin. Jadi kertas suara aku itu kakak baca?”
“Iya.
Aku sengaja cari kertas suara kamu, pengen tau aja.”
“Nyebelin
nyebelin.”
Aku
dirangkul kak Nirwan. Entah, hari itu sepertinya kita jadian. SEKIAN.