Sabtu, 31 Agustus 2013

Bicara pada Tuhan



Bicara pada Tuhan

Ya Allah
Aku tahu hidup dan matiku itu milik-Mu
Sebuah pilihan itu berasal dari-Mu
Yang ku miliki
Adalah yang kau berikan

Ya Allah
Tak berarti apa-apa aku bagi diriku sendiri
Jika tak ada yang bisa membanggakan-Mu dari diriku
Taqwaku akhlakku imanku
Hanya kepada-Mu yang maha cinta

Ya Allah
Setiap langkah kehidupanku
Aku persembahkan
Aku abdikan
Sebagai terima kasihku
Atas segala yang telah kau limpahkan

Ya Allah
Sesungguhnya engkau maha tahu
Engkau pencipta alam dan seisinya
Aku hanyalah aku
Yang berusaha menjadi diriku
Dan lebih baik

Sesungguhnya engkau maha penyayang
Engkau tahu mana yang benar mana yang salah
Aku adalah aku
Ini diriku
Dan aku tidak lebih dari seorang hamba

Ya Allah
Dalam doa aku merendah
Aku tidaklah suci
Aku penuh salah dan dosa
Aku hanya ingin ampunan-Mu
Kekuatan dan kesabaran dari ridha-Mu
Dalam sujud aku mencintai
Memiliki-Mu adalah jiwa ragaku
Wahai Allah tuhan yang seutuhnya dan maha sempurna
Aku ingin menjadi yang selalu kau kasihi
Yang selalu kau tuntun arah kendali hatiku
Yang juga selalu kau jaga dan lindungi aku dengan ayat-Mu

Ya Allah
Ini kalimat-kalimat kecil
Dari yang tak terungkapkan
Sampai tindak kecintaanku pada-Mu

Yang terus mengingat-Mu
Perempuan bukan bidadari
Bekasi, 31 Agustus 2013
01:00 Wib
DELISA NOVARINA


Sabtu, 17 Agustus 2013

A CRAZY LITTLE THING CALED LOVE



Mario dan Baifern



Metode Cinta yangg digunakan film A Crazy Little Thing Called Love.
"Jika kamu ingin melakukan sesuatu karena cinta maka lakukanlah habis-habisan dan dengan sepenuh hati, maka dia akan datang padamu."



Saat Top putus dengan Nam dan keesokan harinya Top berbicara dengan Shone.
Top:  "Tidak peduli apa yg terjadi, kau tak akan memacari Nam kan? Aku hanya tak tahan jika sahabat terbaikku berpacaran dengan gadis yg ku cintai."


 
Terjemahan Lirik Lagu Day Month Year (Ost. ACLTCL).
"Senin aku menunggu. Selasa aku masih menunggu dan melihat, melihat apakah kau baik-baik saja. Rabu kau masih tak ada disini, pagi hari atau kemudian, kamis juga masih kosong."
"Jum'at, sabtu atau minggu, tiada hari tanpa merindukanmu,  tiada hari kau akan kembali."
"Menjadi tua dalam hari-hari kita. Hari dimana kau ada di sampingku, hari dimana kita saling berpegangan tangan."
"Berapa lama aku akan seperti ini, aku tak tahu, berapa bulan, atau berapa tahun...."
"Berapa miliar kenangan masa lalu kita bersama, aku selalu merindukanmu."



Saat Nam Mengatakan Cintanya Kepada Kak Shone (di Kolam Ranang).
"Kak Shone, aku ingn mengatakan sesuatu. Aku mencintaimu, aku sudah mencintaimu sudah lebih dari 3 tahun ini. Aku sudah melakukan segalanya, mengubah diriku dalam banyak hal demi kamu. aku mendaftar klub penari klasik, melakukan drama panggung, menjadi pemimpin grup mayoret, lebih rajin belajar, semuanya karena kamu.Tapi, aku tahu sekarang, hal yang seharusnya ku lakukan dan harus sudah ku lakukan sejak dulu adalah memberitahumu.  Nam Cinta Kak Shone."


 
Flashback adegan saat Nam mengambil buku itu dan menyeret-nyeret kakinya untuk menutupi nomor telepon Kak Shone. Di bawah foto itu Shone menulis.
"Buku ini lucu (Buku 9 Metode Cinta Milik Nam), tapi kau membuat ku tahu bahwa kau telah mencobanya."



Di sampingnya lagi Juga ada tulisan.
"Aku ingin memberitahumu, bahwa kau telah berhasil sejak awal kau mencoba."


Shone membuka banyak halaman lagi, semua isinya foto Nam yang sedang latihan Mayoret. Shone berbicara dalam hati.
"Kau menjadi semakin baik. Semangat Nam!"



Flashback saat Shone berhasil menendang Penalti untuk pertama kalinya. Shone rupanya berusaha menyingkirkan rasa takutnya demi Nam, Ia ingin agar Nam juga tak takut pada Tongkat Mayoret.
"Cinta bisa mengalahkan segalanya, termasuk rasa takut."



Flashback saat Shone memberikan Mawar Putih pada Nam. Setelah mengatakan itu dari temannya (Top), Shone berbalik Kemudian menyalahkan dirinya yang tak bisa Jujur. Di bawah foto Mawar Putih yang telah tumbuh.
Chon: "Hari ini aku melihat Top menembak Nam, Kau tahu? Aku sakit, kenapa waktu kita tak pernah cocok?"



Flashback adegan saat Top menggendong Nam.
Chon: "Aku juga ingin kau naik ke punggungku."



Salah satu ucapan Nam saat menjawab pertanyaan Talk Show.
"Tapi, setelah saya memikirkannya kembali, dia seperti inspirasi untuk saya, dia membuat saya menggunakan cinta dengan cara yang lebih baik. Dia seperti kekuatan yang mendukung saya agar saya bisa menjadi lebih baik hingga menjadi Nam yang sekarang."

Jumat, 16 Agustus 2013

KERTAS-KERTAS DAN SUSU COKELAT


Ini ‘perfect combination’ yang pernah ada di sekolah. Untuk pertama kalinya Alisa dipasangkan dengan Salsa untuk berpuisi di HUT RI Ke-68 besok pagi setelah Upacara 17-an dan sebelum perlombaan dimulai. Alisa, anak kelas VIII yang merasa dirinya tidak pintar sama sekali dalam hal megarang cerita, apalagi berpuisi. Sedangkan Salsa, senior yang paling popular, ketua mading, berprestasi dan disukai banyak orang. Berbeda. Tapi Alisa menerima kenyataan. Karena Salsa pun senang akan bekerjasama dengan Alisa, membuat puisi dan latihan musikalisasi.
“Ini kertas-kertasnya, pensil sama penghapusnya ada di pojok meja sana ya.”
Alisa mengikuti apa yang diarahkan Salsa. Dengan wajah yang kusam, kening yang berkeringat dan bibir yang memucat, Alisa diam meratapi nasibnya yang kebingungan harus mulai dari mana.
“Kamu bisa tulis beberapa kata dulu yang ada di pikiran kamu tentang kemerdekaan. Lalu tulis lagi, tulis lagi, tulis lagi. Apapun itu, yang ada di pikiran kamu, tentang kemerdekaan. Ayo. Jangan dianggurin gitu kertas-kertasnya.” Kata Salsa sambil tersenyum manis.
‘Ternyata Salsa tidak seburuk apa yang aku pikirkan selama ini. Dia benar-benar seperti apa yang anak-anak bilang.’ Dalam hati Alisa
Di hadapannya, Salsa sangat sibuk. Berpikir, sesekali terlihat bodoh lalu menulis pada selembar kertas. Tanpa menutupi kata-kata yang ia tulis, beberapa kali mendiskusikannya dengan Alisa. Walaupun tanggapan Alisa hanya begitu saja. Salsa cukup senang. Alisa anak yang penurut, bisa diatur dan santai.
“Aku keluar sebentar. Ini ruang mading sekolah, anggap saja seperti kamar kamu sendiri ya.” Ujarnya.
Salsa pergi dan Alisa bisa bebas berekspresi. Memaknai bendera, memahami perjuangan, mengenang pahlawan, tentang sejarah, kehidupan veteran kini dan mengingat semangat. Alisa memeras kuat otaknya untuk menemukan kata, kalimat lalu bait. Sampai Salsa kembali, dengan dua gelas susu cokelat hangat di tangannya. Buyar. Alisa gengsi.
“Wah aku tinggal beberapa menit sudah jadi dua bait ya. Ini susunya, diminum dulu biar kamu lebih segar.” Kata Salsa sambil menyodorkan segelas susu cokelat hangat untuk Alisa.
“Terima kasih kak.” Singkat Alisa.
Salsa sangat serius membaca tulisan Alisa. Menegangkan. Lalu Salsa melanjutkan beberapa bait lagi di dalam kertas itu. Menjadi satu puisi yang penuh rasa.
“Ini, gimana?” Tanya Salsa.
Alisa membaca dari awal sampai akhir, diulang lagi, dilihat-lihat lagi perkatanya.
“Pas sih kak. Tapi kalau buatan aku ada di bait pertama apa enggak aneh ya? Itu kan biasa aja.”
“Biasa aja gimana? Ini bagus kok. Gak terlalu sulit menyambungnya. Yang terusan aku juga pantas. Semakna dan keren banget. Setuju ya? Ini aja yang dibaca besok.” Jelas Salsa.
“Hhm iya deh kak. Terserah kakak aja.”
Alisa tidak percaya, semudah itu puisinya dibilang keren sama Salsa. Padahal sejak lama Alisa tidak lagi membuat puisi, setelah puisinya waktu SD dinilai tidak bagus sama guru Bahasa Indonesia.
Setelah dua jam di dalam ruang mading, Alisa dan Salsa menuju ruang aula. Memusikalisasikan puisi mereka dengan bantuan guru Seni Budaya. Awalnya Alisa malu-malu. Karena ia termasuk bukan siswi yang aktif dalam kegiatan sekolah. Tapi Salsa terus menyemangati. Meyakinkan Alisa kalau Alisa bisa.
Sore hari, Alisa sampai di rumah, di kamarnya. Alisa terlihat sangat lelah. Lalu membuat segelas susu cokelat hangat di dapur. Duduk di depan meja belajar, Alisa teringat Salsa yang gigih dalam menjalankan tugasnya sebagai ketua mading. Meraih buku diarynya, membuka halaman kosong dan mulai menulis dengan pena chroopy cantik pemberian dari Salsa tadi sore sebelum pulang.
Pagi hari yang cerah dan indah, terik matahari sangat bersemangat, sinarnya menguatkan dan memberi pertanda baik bahwa tidak akan ada hujan yang menderasi upacara 17-an kali ini. Lapangan sudah meramai. Siswa-siswi mulai berbaris rapi dan tenang.
“Kak Salsa. Semalam aku buat puisi lagi loh. Ini. Kasih komentar ya.” Alisa memberikan selembar kertas berlipat pada Salsa.
Salsa pun membukanya dan langsung membaca. Setelah itu, Salsa menarik tangan Alisa, mengajaknya ke belakang stage, dekat piano pengiring musikalisasi puisi. Menyerahkan puisi Alisa tadi ke guru Seni Budaya.
“Bu. Ini puisi yang baru, bisa disesuaikan lagi kan sama musiknya?”
Ibu Seni Budaya menerima puisi baru dari Salsa itu tanpa merasa berat.
“Okeh. Gak jauh beda dari puisi sebelumnya. Nanti ibu sesuaikan dengan suara kalian.”
Alisa tercengang.
“Loh kak, kok pakai puisi aku? Puisi yang kemarin?”
“Gak apa-apa kan?” Tanya Salsa balik.
“Gak apa-apa sih. Tapi kan..”
Belum selesai bicara, upacara akan dimulai. Alisa dan Salsa kembali ke barisan. Upacara berlangsung dengan lancar. Lalu penampilan Alisa dan Salsa, Alisa merasa lebih percaya diri dan Salsa yang memang sudah biasa tampil di depan orang banyak, cukup puas dengan puisi yang Alisa buat sendiri. Salsa adalah semangat baru Alisa dalam menulis puisi. Ia sosok kakak kelas yang baik, pembangkit diri dan perfectionis. Pahlwan bisa ditemukan dimanapun kita berada. Di rumah ada orang tua kita, di sekolah ada guru-guru kita, teman, sahabat, kakak kelas, adik kelas, orang lain. Karena pahlawan adalah orang berjasa yang dapat dikenang selamanya. Puisi dari Alisa, untuk para pahlawan yang telah mendahului kita, untuk para veteran yang masih memperjuangkan hidup dan nasibnya, untuk kemerdekaan bangsa, untuk Indonesia.

INDONESIA MELANGIT

Lihat jiwa berjiwa para pemimpin bangsa
Tetaplah manusia
Adakalanya kita mendengar
Adakalanya kita bertindak
Mengenal dan memahami pribadi sejati berdarah merah putih

Indonesia dengan segala kekayaannya
Anugerah yang melimpah
Generasi penerus bangsa yang berpotensi baik dan berdedikasi tinggi
Suara besar dari rakyat kecil
Yang meminta Indonesia berkependudukan makmur dan sejahtera
Dimana?
Kemana?
Siapa yang bisa menjawab?

Ini bukanlah emosi
Bukan sekadar menagih janji
Ini tentang semangat
Tentang perjuangan
Tentang kehidupan para veteran dan nasibnya kini

Ingat!
Kenanglah sejarah
Bersandarlah pada apa yang telah menenangkan selama ini

Kibaran bendera pusaka
Begitu kokok tiangnya
Begitu kuat harum warnanya
Menyegarkan perjalanan udara
Merayu arah angin

Dan Indonesia melangit
Menjadi senja untuk para pahlawan terdahulu
Membiarkan kisah baru untuk dilewatkan
Tanpa rasa takut dan putus asa
Karena kami bangsa Indonesia
Bangsa berpenerus ada dan siap sedia membangun Negara
Sabtu, 17 Agustus 2013
HUT RI KE-68
Delisa Novarina