Senin, 11 November 2013

Afgansyah Reza - SABAR #SabarGan Cerpen 14



SELAMAT ULANG TAHUN ALISA



Aku percaya kau lupa hari ulang tahunku.

Kalimat itu yang terus melayang-layang di pikiranku. Padahal aku sudah berjanji tidak akan mengingatnya lagi. Cinta pertama yang telah mati. Lenyap rasa-rasanya, tinggal sisa retakan kenangan indah yang pernah tercipta di masa-masa pacaran dulu.

Aku buka social media, bisa dibilang, seluruh rakyat mengucapkan selamat ulang tahun untukku dan memanjatkan doa-doa mereka. Tapi karena satu orang yang ku harapkan tak kunjung muncul dengan senyuman manisnya, aku jadi lesu.

“Halo, sms selanjutnya ada dari Dera, Dera mau ngucapin selamat ulang tahun nih buat sahabatnya Alisa yang ke-23 tahun. Semoga panjang umur, sehat selalu dan sukses terus. Aamiin.” Salah satu stasiun radio yang ku putar ternyata memberikan kabar baik.

Aku senang lalu cemberut lagi. Ku matikan radio dan menyalakan televisi. Di acara musik ada segmen salam-salam, kesempatan kali ini ada Andre, teman sebangkuku di SMA. Terakhir yang ku tahu, kerja sampingan Andre memang sebagai penonton bayaran. Gayanya yang gemulai dan seperti anak perempuan cukup membuatnya jadi seru dan berkesan.

“Kamu mau kirim salam buat siapa?” Tanya Host pada Andre.

“Buat sahabatku, Alisa. Dia lagi ulang tahun yang ke-23. Happy birthday Alisa.” Jawab Andre.

“Wow, halo Alisa, selamat ulang tahun.” Kata Host.

Tertawa kecil. Andre keren sekali. Aku matikan televisinya dan kembali tiduran di sofa sambil baca-baca artikel di internet lewat handphone canggih yang ku punya. Tiba-tiba ada panggilan masuk.

“Halo.”

“Alisa. Keluar rumah sekarang ya.” Lalu berakhir panggilannya.

“Eh, tunggu, ini siapa?”                                       

Aku kesal. Aku tidak kenal itu suara siapa. Sial. Aku menuruti permintaannya. Keluar rumah dan melihat ada tanda-tanda yang harus aku ikuti. Pertama seikat bunga di depan pintu, lalu burung-burung kertas dan sampai di dekat kolam renang, ada kue ulang tahun besar yang menggoda sekali. Dari belakang, seseorang menutup mataku dengan kedua tangannya. Dia membawaku ke pinggir kolam lalu aku dilemparnya sampai berenang cantik menjadi kejutan paling buruk hari ini. Beruntung aku bisa renang, kalau tidak, mungkin aku sudah mati tenggelam.

Dan buyar. Aku bangun dari tidur, barusan itu hanya mimpi ya. Syukurlah. Ada telepon, ini benar-benar loh. Dari nomor baru, aku tidak tahu. Aku terima saja.

“Halo.”

“Selamat ulang tahun, Alisa.”

“Billy.” Aku senang bukan main.

Rasanya ingin teriak keras di tempat yang lapang.

“Aku di taman nih. Kamu kesini ya, aku tunggu.”

“I-iya bil.”

Aku bergegas ke taman. Merapikan diri lalu berangkat.

Sesampainya di taman. Aku lihat ada pesta kecil yang dipersembahkan untukku. Tapi tak ada orang satupun. Billy tidak ada, teman-teman juga tidak ada. Sepi sekali. Menjelang malam, senja pun akan pulang. Tapi cuaca masih terang. Aku kebingungan. Dimana orang-orang?

Aku ambil seikat bunga yang ada di atas meja. Sekotak cokelat dan kado kecil. Aku lihat ada selembar kertas, aku buka dan ku baca.

Selamat ulang tahun, Alisa. Maukah kamu menikah denganku?

A banget rasanya. Sulit ku ungkapkan. Billy, aku terkagum-kagum.

Berhenti senyum-senyum sendirian. Aku mulai berjalan mencari Billy. Lirik kesana-kemari, ke kiri dan kanan jalan. Tak tampak juga. Di persimpangan, seseorang yang ku kenal berbaring tak berdaya.

“Billy.” Aku teriak panik.

Aku pegang tubuh Billy yang sudah tak bernyawa. Kepalanya berdarah. Orang-orang mulai datang mengerumuni kami. Mereka membantuku membawa Billy ke rumah sakit. Sedangkan aku terus menangis. Kronologisnya, Billy merasa pestanya untuk aku itu belum sempurna tanpa sebuah novel. Karena aku suka menulis dan membaca, Billy membelikanku sebuah novel teen romance. Tapi setelah dia kembali, dia ditabrak sebuah mobil kijang yang melintas cepat ke arahnya. Aku membiarkan Billy meninggalkanku untuk selamanya. Padahal kami bertemu lagi setelah sebulanan lebih Billy pergi ke Boston, AS. Di saat Billy datang, di hari ulang tahunku, dia memintaku jadi isterinya dan aku benar-benar kehilangannya sekarang. Setelah pernyataan dari dokter bahwa Billy tidak terselamatkan. Aku kembali ke tempat kejadian. Aku menemukan sebuah novel disana. Sebuah novel berjudul, ‘Ijinkan Aku Mencintaimu’.

Betapa pedihnya aku saat itu. Cinta pertamaku, orang yang pernah sangat menyakiti hatiku. Yang kini kembali untuk menikahiku, tapi di hari ulang tahunku, Billy justru pergi tanpa membuatku mengerti dulu apa maksud sikapnya waktu lalu. Billy, aku hidup dengan rasa penasaran dan cinta yang belum terbalas. Tetaplah mati untuk rasa benciku padamu dan tetaplah hidup untuk pertemuan abadi kita nanti.

Minggu, 10 November 2013

RAVI LUVIAN



Aku masih sangat ingin tahu bagaimana cara kamu mencintai seseorang. Selain terhadapku. Meskipun saat ini, yang kamu bilang, akan selalu menyayangiku. Tanpa ikatan denganku, aku yakin kamu segera menemukan sosok perempuan baru yang pantas menerima kalimat itu. Shabi, walaupun sudah berpisah, aku tidak akan melupakan caramu menyayangiku selama ini. Yang tidak berlebihan, sesuai ajaran islam dan itulah keluarbiasaannya. Penikmat hidup, menyelam lebih dalam tentang kehidupan.

Kamu membuatku selalu ingin tahu. karena tak pernah aku pahami apa yang kamu mau. Kalau saja kamu terima, akulah yang paling mengerti siapa dirimu. kamu pasti tidak akan pergi.

JANGAN INGAT AKU LAGI



Saat kau bilang kau suka ketika aku sedang cemburu, saat itu juga aku merasa kau berbeda. Dahulu kau sangat menjaga perasaanku, kini kau tak ragu untuk menyakitinya. Bahkan kau berani katakan pada semua orang bahwa kita sudah tidak bersama. Kau harus tahu, aku adalah perempuan yang berjanji tak akan pernah mengingatmu lagi. Terutama kisah kita. Karena, Wanita yang KUAT tidak menceritakan masalahnya kepada DUNIA. Ia menghadapinya dengan SENYUMAN.

PEREMPUAN



Petikan:

Kau tidak seburuk apa yang telah kau lakukan.
Aku tahu kau benar-benar orang baik.
Karena kau mau dinikahi seorang laki-laki yang membutuhkanmu.
Atas dasar ibadah dan kewajiban sebagai isteri.

A Novel (A BUNCH OF ROSES) by Delisa Novarina