Hey dien
Aku memikirkanmu
lagi
Membayangkanmu
Mengkhayalkanmu
Menyayangimu
Di mimpi itu
Kau bilang kau
akan datang kembali
Tidur-tidurku
selanjutnya kau tak hadir juga
Kau kemana?
Kau pernah
mengatakan bahwa kau adalah inspirasi
Terkadang ku
muak dengan segala petunjuk-petunjukmu
Kau terlalu
mustahil
Kau tahu kenapa?
Karena kau pengecut
Kau pecundang
Kau hanya ada
dalam mimpi-mimpiku
Dien
Aku percaya pada
kemungkinan
Pada fase-fase
di dirimu
Tapi aku cukup
takut
Takut jika
kekecewaan akan meretakkan harapan-harapanku
Sampai kau
benar-benar nyata
Kau memanggil
namaku
Menyapaku dengan
senyuman manis
Dengan tatapan
kedua mata yang indah
Wajah yang
bersinar itu
Aura kebaikan
Aroma penuh
pengampunan dan kemerdekaan
Harum tubuh yang
selalu dikenang
Juga suara merdu
yang kau miliki sejak lahir itu
Buatlah aku
yakin, dien
Jangan menjadi
angan-angan melulu
Kau harus hidup
Pasti hidup
Raldien
Laki-laki yang berani mengkritikku dalam mimpi
Laki-laki yang pertama kali menyebutku Tsabita
Laki-laki yang menebak bahwa aku menyukai jasmine
(melati)
Tsabita Yasmina, mungkin itu aku
Raldien, kau berhasil membuatku kebingungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar