Jumat, 17 Oktober 2014

KREATIFITAS SEORANG PENGIDAP KANKER



Ada yang mengagumkan ketika saya berkunjung ke sana. Tiara Lusita, salah satu anak kanker, memiliki keterampilan yang unik, yang kreatif dan bagus. Yaitu membuat aksesoris. Pernak-pernik seperti gelang, kalung dan bros. Tiara membuat banyak aksesoris itu yang kemudian dijual ke sekolah-sekolah, ke para pengunjung yang hadir, ke donator. Tiara juga memberikannya kepada setiap yang datang ke Yayasan. 


Misalnya saja ketika seorang penulis asal Jawa Timur, Kirana Kejora, berbagi dengan mereka. Memberi mereka banyak buku-buku, memotivasi mereka agar mau menulis dan membaca. Mereka bernyanyi dan menari untuknya. Tiara juga memberikan hadiah khusus untuk penulis produktif tersebut. Sebuah kalung dan gelang berwarna ungu. Aksesoris itu semua Tiara yang buat sendiri. Tiara biasa mengerjakannya di waktu luang. Setelah selesai belajar atau saat sedang senggang.

 
Harga yang ditawarkan sangat terjangkau. Untuk kalung sekitar Rp. 10.000,- sampai Rp. 15.000,- saja. Untuk gelang hanya Rp. 8.000,- dan bros Rp. 5.000,-.

 
Barang yang dijual juga cukup menarik, bagus, dan berkualitas. Punya banyak pilihan warna, aneka macam model. Dan yang paling penting, ini hasil karya buatan anak bangsa. Buatan salah satu anak di YKAKI, Salemba.

Mereka yang mungkin dikira tidak bisa berbuat apa-apa selain memikirkan kesembuhannya, ternyata bisa melakukan sesuatu yang sangat bermanfaat dan membanggakan.

Lalu kita yang sehat, apa yang sudah kita ciptakan?
Semoga segala yang berguna bagi orang lain ya. Aamiin.


 Gelang dan Bros dari Tiara Lusita



Oleh DNS

Mengenal Musisi Lesehan di Kota Tua Jakarta



Bagi penduduk asli kota Jakarta atau orang-orang yang tinggal di Ibukota atau siapapun yang pernah datang ke Kota Metropolitan di Indonesia ini, pasti sudah tidak asing lagi dengan kawasan seluas 846 hektare yang terdiri lebih dari 250 bangunan tua bernilai seni tinggi dan eksotis. Ya, Kota Tua Jakarta.

Namun, tidak banyak yang tahu bahwa Kota Tua memiliki banyak komunitas. Seperti Komunitas Manusia Batu, Komunitas Perupa Kota Tua, dan sebagainya. Juga sekumpulan pengamen di Kota Tua yang mendirikan sebuah komunitas bernama ‘Musisi Lesehan’, atau biasa disingkat dengan ‘Muless’.


Musisi Lesehan Kota Tua tampil orisinal dan bersahaja. Mereka melakukan pertunjukkan atau memainkan band di sebelah kiri Museum Fatahillah dekat Bangi Kopitiam. Diketuai oleh Ireng (43 Th), Musisi Lesehan memiliki banyak anggota yang berprofesi sebagai pengamen. Ada Romeo (Bass), Ale (Additional Vocal 1), Rangga (Additional Vocal 2), D'noenk (Additional Vocal 3), Edo (Guitar), Hariadi (Additional Drum 1), Bonnie (Additional Drum 2) dan masih banyak lagi.


Mulefans, sebutan bagi para penggemar Musisi Lesehan Kota Tua Jakarta, biasa melihat penampilan band-band idolanya itu mulai pukul enam sore atau tujuh malam. Mulefans juga bisa melakukan ‘Permintaan Lagu’ yang langsung disetor ke Pembawa Acara. Boleh disertai dengan penyanyi mana yang akan menyanyikan lagu permintaannya tersebut.

Meski hanya sebatas anak-anak pengamen, grup band atau komunitas, Muless bermusik cukup baik dan begitu menghargai dan menghormati para pengunjung yang hadir menonton permainan musik mereka. Salah satu band dari Muless juga pernah tampil di perayaan Ulang Tahun sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia pada tanggal 23 Agustus lalu. Berkolaborasi dengan Republik, yaitu Something In The Way.


Untuk sebagian orang yang senang dengan acara musik, konser, festival dan semacamnya, Musisi Lesehan Kota Tua pantas masuk agenda yang wajib ditonton demi menghibur diri atau melepas penat setelah seharian beraktifitas atau meninggalkan rutinitas yang itu-itu saja dengan melihat penampilan band secara langsung sambil minum kopi, duduk lesehan, bahkan hingga ikut bernyanyi bersama menyemarakkan suasana.

Selamat berkenalan dengan Muless.

 We Are Fans of Rangga SIW
(Anton, Imam, Yati, Delisa)


We Are ROCK (^_^)

What a joke? I am so shorttt, hiks!

PENULIS YANG JADI RESELLER JUGA



Berbisnis tidak harus membutuhkan modal, tidak melulu membutuhkan materi. Berbisnis juga ada yang tanpa modal, hanya perlu kemauan, tekat, dan kesabaran.

Contohnya menjadi reseller. Reseller buku misalnya.


Reseller atau yang biasa dikenal sebagai Pengecer. Artinya menjual kembali suatu produk dari pedagang grosiran atau agen atau distributor atau dari pabriknya langsung. Reseller akan mempromosikan barang dagangannya lewat internet, media sosial, aplikasi chatting dengan orang banyak, dan semacamnya.

Menjadi Reseller juga dilakukan oleh seorang mahasiswi jurusan Ekonomi Manajemen di Semarang yang merupakan Penulis Novel ‘Pendamping Hatiku’, Nyi Penengah Dewanti. “Reseller/Penulis adalah pilihanku,” katanya, “dua tugas sekaligus itu menyenangkan.”

Selain bisa promo novel-novel milik pribadi, seorang Penulis yang menjadi Reseller juga bisa menambah banyak teman. Tahu perhitungan nilai jual novel antara Penerbit, Agensi dan Reseller itu sendiri.

Berbisnis atau berwirausaha memang tidak mudah. Nyi pun mengakui bahwa kuncinya itu harus ekstra sabar, terus promosi dan selalu menyemangati diri. “Namanya jualan, enggak laku setiap hari kan?” ungkapnya, “tapi ya bercontinue, harus tetap promosi agar barang yang dijual laku, enggak lantas diam saja ketika enggak laku.”

Menjadi Reseller memiliki beberapa keuntungan. Seperti menambah penghasilan, dapat banyak teman, dapat ilmu pengetahuan seputar bisnis seiring berjalannya waktu. Dan kerugiannya tidak begitu menyedihkan. Malah lebih banyak keseruannya.

Dan, apakah kalian tertarik untuk berbisnis? Diawali dengan menjadi seorang Reseller mungkin? Silakan mencoba.

oleh DNS

Kamis, 16 Oktober 2014

YA ALLAH, SIAPA JODOHKU?



Judul: YA ALLAH, SIAPA JODOHKU?
Penulis: Ahmad Rifa’i Rif’an
Jenis: Non Fiksi
Penerbit: Quanta
Tebal: 189 Halaman



Ini buku non fiksi pertama yang aku baca dengan sangat antusias. Buku ini aku tahu pas dan tepat banget ketika aku lagi galau sama urusan hati. Antara pengin punya pacar, tapi lagi enggak dekat sama seseorang. Atau pengin nikah, tapi enggak bisa asal pilih pasangan. Dan yang paling parahnya lagi, aku pengin nikah muda, tapi enggak ada calonnya. Lagipula, enggak semudah itu juga bikin komitmen yang cuma sekali seumur hidup dan jangka panjang.

Buku ini juga memperkenalkan aku pada Penulisnya, Mas Ahmad Rifa’i Rif’an. Sosok suami yang sholeh kelihatannya. Semoga beliau tidak mengecewakan aku sebagai pembaca ya, hehehehe.

Aku jadi tahu karya-karya apa saja yang sudah diciptakannya. Banyak banget ternyata. Dan semua itu non fiksi. Belum tahu juga beliau punya novel atau enggak. Yang ku lihat, tulisannya inspiratif semua. Pokoknya nih ya, dari cover aku sudah jatuh cinta. Berasa pengin jadi model sampulnya gitu. Elegan, anggun, terkesan mewah, lembut, terus apalagi ya? Hhm, cocok buat anak kayak aku deh, anak perempuan yang pengin jadi dewasa dan bijaksana.

Ya Allah, Siapa Jodohku? Memuat 50 wasiat yang memandu kita supaya berpikir dan bertindak. Tujuannya, biar kita cepat dipertemukan dengan kekasih penggenap jiwa. Dan orang tersebut adalah jodoh yang pantas buat kita. Intinya sih, orang yang baik dapat yang baik juga. Di backcover, jelas banget tertera sebuah doa yang sampai sekarang masih selalu menjadi isi harapan setiap aku selesai shalat. Bagaimana tidak, isinya begini nih:

“Tuhan, jika dia orang yang baik bagi kebaikan agamaku, duniaku, dan akhiratku, tolong segera pertemukan kami dalam bingkai yang halal. Tapi jika dia orang yang malah meruntuhkan agamaku, melemahkan duniaku, dan menyengsarakan akhiratku, tolong jauhkan hamba darinya dengan cara-Mu.”

Aamiin aamiin aamiin

Doa yang luar biasa. Doa yang nyaris membuatku menangis. Karena aku sendiri merasa sangat sangat tidak sempurna. Dan doa yang barusan itu adalah permintaan yang sempurna bagiku. Sumpah, buku ini seakan menjawab segala pertanyaan yang membingungkan dalam benakku tentang jodoh. Cocok banget buat semua orang yang belum menemukan jodohnya, yang belum menikah, yang punya pacar atau enggak, yang masih galau dengan kekasihnya dan semacamnya. Buku ini itu menegur kita untuk melihat diri kita sendiri sebelum kita memohon dipertemukan dengan jodoh yang baik buat kita.

Aku enggak bisa bilang, wasiat mana yang paling aku suka dan kena banget di hati aku. Semuanya bagus, semuanya benar, semuanya tepat menurutku. Ke-50-nya seperti busur yang pas memanah ke mana dia mau. Kena banget, kena. Tapi enggak ‘sakitnya tuh di sini’ ya hehehehe.

Awalnya, aku pengin kasih buku ini ke orang yang aku sayang, ke orang yang aku harap dia bisa jadi jodohku, tapi aku masih ragu. Aku berpikir bahwa orang itu belum tentu baik buat aku, belum tentu dia jodohku. Lagipula, orang itu juga tidak memikirkanku sama sekali. Enggak tahu sih, intinya aku enggak tahu perasaan dia kayak gimana. Padahal dia sudah tahu perasaanku seperti apa. Dan akhirnya, buku ini mutlak menjadi milikku. Enggak rela rasanya kalau mau kasih ke orang lain, bahkan meminjamkannya. Takut hilang, jangan dong. Buku ini cukup berarti buatku. Huhuhu.

Assalamu’alaikum, barang siapa yang belum memiliki buku non fiksi macam ini, wajiblah aku bilang untuk mempunyainya, atau membacanya. Hhm, enggak wajib sih. Ya mungkin banyak buku sejenis ini yang menyampaikan hal serupa, tapi buku ini punya ciri khas atau kespesialan tersendiri. Dikemas dengan gaya yang orisinal, tidak menggurui, dan enak dibaca.





Salam sahabat,
DNS