Selasa, 01 Juli 2014

EMBUN DAN JINGGA edisi Ramadhan (1)



EMBUN DAN JINGGA TARAWIH BERSAMA

Malam minggu 1 Ramadhan 1435 H, umat Islam menyambut gembira kedatangan bulan puasa bulan suci Ramadhan. Sejak siang, Jingga sudah sibuk mempersiapkan mukena mana yang akan ia dan Ibu kenakan di shalat tarawih pertama nanti malam. Jingga juga mulai mencoba baju-baju muslim dan belajar memakai hijab.

Beberapa menit sebelum adzan maghrib. Jingga masih di depan cermin. Kali ini ia terlihat lebih cantik, bahkan bisa dibilang indah.

“Begini lebih tepatkan? Bukankah perempuan muslim memang diwajibkan berjilbab? Dan Embun menyukai perempuan yang menutup aurat mahkotanya. Seperti Senja. Apa kata Embun jika dia melihat penampilanku seberubah ini?” Jingga bertanya-tanya. Menatap bola matanya lekat-lekat. Memohon kebijaksanaan dan kepercayaan diri.

Tiba-tiba Ibu masuk kamar. Tanpa ketuk pintu. Jingga jadi salah tingkah.

“Wah, anak ibu cantik sekali. Sudah pandai memakai hijab rupanya. Mau kemana sayang?” Ibu hampir membuat Jingga ingin terbang. Terbang ke kamar mandi, ganti baju biasa lagi. Habisnya, ditanya mau kemana. Apa sebegitu anehnya ya seorang Jingga mendadak religius seperti ini?

Adzan maghrib pun berkumandang. Jingga lega. Akhirnya ia dapat melihat kedua mata ibunya berbinar-binar. Mereka shalat maghrib berjamaah. Setelah itu, seseorang datang dengan sholehnya. Embun. Baju lengan panjang bersulam, jeans hitam, kopiah dan sandal jepit membuatnya tampak lebih gagah. Ini dia calon menantuku, batin Ibu Jingga.

“Assalamulaikum.” Salam Embun sambil mencium tangan Ibu Jingga dan Jingga melakukan hal yang sama terhadapnya.
“Waalaikumsalam.” Jawab Ibu dan Jingga serentak.
“Ayah belum pulang kerja bu?” Tanya Embun. Pandangannya menyelidik.
“Belum. Shalat tarawih di masjid kantor katanya. Yuk, kita berangkat. Bertiga saja tidak apa-apa. Ohya nak, kamu sudah makan? Atau mau minum dulu?”
“Sudah bu, terima kasih.”
“Oh. Baiklah. Ibu ke belakang sebentar. Kalian langsung ke mobil ya.”

Ditinggal Ibu sejenak, Embun menyebalkan. Lihat, bagaimana dia menatap Jingga dari atas sampai bawah? Buat risi saja.

“Hey, siapa malaikat yang menyihirmu jadi begini?” Bisik Embun. Padahal dalam hati, ia terus berdecak kagum. Rasanya Jingga ingin pakai helm agar Embun tidak tahu wajahnya mulai memerah.
“Se-se-senja.” Jawab Jingga putus-putus. Embun terperanjat.

Lagi, Ibu datang mengejutkan. Memang sebuah tradisi.

“Lho, kalian masih disini. Ayo pergi.” Ajak Ibu.

Di Masjid Al-Azhar, mereka melaksanakan shalat tarawih. Ini pertama kalinya Jingga melewati bulan puasa dengan seorang musisi, sang pemilik daun, Embun. Dan bisa tarawih bersama, adalah kesenangan yang sulit diungkapkan. Mereka berdoa dan bersujud di dalam masjid yang sama. Ada Ibu juga, seseorang yang paling mengharapkan hubungan mereka bisa segera sampai pada pernikahan. Jodoh, maut dan rezeki, menjadi rahasia Allah SWT.

Tepat setengah sembilan malam, mereka selesai menunaikan shalat tarawih pertama di bulan Ramadhan 2014 ini. Dan berlanjut ke sebuah restoran padang. Makan malam, sekalian membungkus beberapa menu untuk sahur nanti.

“Jadi, adakah yang mau kamu ceritakan? Misalnya, mengenai perubahan dari seorang puteri yang manja ke seorang puteri yang elegan seperti ini?” Embun menginterogasi.
“Aku hanya ingin menjadi lebih baik.” Singkat Jingga.
“Karena ini bulan puasa?”
“Tidak. Seseorang telah menyadarkanku sejak lama. Tetapi, baru sekarang aku melakukannya. Aku tidak terlambatkan?” Ungkap Jingga.
“Ah, tidak sama sekali. Kamu sudah memilih yang seharusnya dipilih. Itu jalan yang benar.”

Tak lama, Ibu datang ke meja mereka, dengan sedemikian banyaknya makanan yang ibu bawa pulang.

“Tadi ibu sempat bicara dengan mba kasirnya. Katanya, masjid Al-Azhar akan mengadakan I’tikaf masjid selama tiga hari dan terbuka untuk umum. Apa kalian bisa hadir?” Tanya Ibu.

Embun dan Jingga saling melirik. Mereka sama-sama berpikir, sebelum menjawab.

Bulan Ramadhan memang bulan yang paling berkah. Setiap kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Bahkan, banyak orang yang berlomba-lomba dalam menjalankan ibadah. Seperti mengkhatam Al-Qur’an, berbagi makanan berbuka dan sahur, sedekah, melaksanakan shalat sunnah, I’tikaf masjid dan lain-lain.

Tinggal bagaimana kita memaknainya, menghargainya, menghormatinya, sebagai bulan yang suci, bulan yang penuh kebaikan dan bulan yang menuntun kita sampai pada kemenangan. Yaitu idul fitri.

Semoga kita semua selalu diberi kekuatan dan kesabaran.
Selamat menunaikan ibadah puasa, Ramadhan 1435 H.
Mohon maaf lahir dan batin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar