Safaa, anak perempuan satu-satunya dari
Ibu tukang masak keliling. Baru lulus SMK tahun lalu. Tidak kuliah juga tidak
bekerja tapi Safaa memiliki cukup uang untuknya dan kebutuhan Ibu. Sejak
bersekolah Safaa memang sudah terbiasa mandiri, sepulang sekolah mengumpulkan
barang bekas yang ia rapikan kemudian ia jual. Uangnya digunakan untuk
kebutuhan sekolah dan di rumah. Safaa anak yang kreatif dan innovative. Ia
membuat karya tulis yang ia kirim ke media cetak sampai akhirnya mendapat
bayaran tiap bulan karena karyanya aktif diterbitkan di beberapa majalah.
Walaupun sederhana, Safaa mempunyai istana kardus cantik yang terletak tidak
jauh dari rumahnya, dekat kali kecil dan ditinggali beberapa anak jalanan.
Istana kardus cantik itu ia buat sendiri untuk tempat tinggal anak jalanan yang
belum memiliki tempat berteduh. Ia juga memberi pekerjaan yang bermanfaat untuk
mereka sehingga mereka bisa berpenghasilan dan tumbuh manjadi pribadi yang dewasa
juga mandiri.
Setiap hari kemanapun Safaa pergi, jauh
dekat ia sanggup berjalan kaki. Hari itu, Abid (Photoghrafer muda kaya tampan)
mengikuti Safaa sedaritadi, sejak menemuinya di Tebet hingga ketahuan di
pertengahan Pancoran Tugu. Abid terus memotret Safaa, tanpa Safaa sadari
sedikitpun karena Safaa sedang asik mencatat kalimat-kalimat yang ia dapatkan
selama berjalan kaki. Lalu, Abid dan Safaa berkenalan. Perlahan, Safaa
membiarkan Abid tahu segala tentangnya dan membebaskan Abid memotret apapun di
tempatnya. Welcome keduanya menjadikan hubungan mereka meningkat jadi cinta.
Safaa menjadi kekuatan sendiri bagi Abid untuk menghasilkan potret-potret yang
luar biasa. Abid pun menjadi inspirasi dan motivasi Safaa bahwa ia bisa menjadi
Penulis best seller kelas dunia. Kekompakkan mereka didukung anak-anak jalanan
istana kardus cantik dan Ibu Safaa sendiri sangat menyukai perubahan dahsyat
dari Safaa sejak pertemuannya dengan Abid. Meski orang tua Abid sempat tidak
setuju dengan hubungan Abid dan Safaa, namun ketika Abid membuktikan bahwa
Safaa adalah sayapnya yang kini berkibar sudah. Orang tua Abid pun akhirnya
setuju. Abid menjadi photoghrafer muda terbaik, Safaa menjadi Penulis dengan
karya yang besar, Ibu Safaa memiliki restoran sendiri, istana kardus cantik
berubah jadi istana sesungguhnya dengan anak-anak jalanan yang berprestasi.
Abid dan Safaa merencanakan pernikahan, namun tepat di hari pernikahan, mobil
yang mereka tumpangi kecelakaan. Safaa mengalami kebutaan dan Abid koma.
Beberapa bulan kemudian, Safaa masih dengan kesedihannya karena tidak lagi bisa
menulis. Hanya menyendiri, berteman dengan sunyi. Abid masih koma, tak berdaya.
Malik muncul. Cinta pertama Safaa waktu
SD yang tak kesampaian. Ia menjadi penjaga Safaa, yang berusaha memulihkan
Safaa supaya kembali seperti dulu. Safaa menyambutnya senang. Malik baik dan
menerima kenyataan bahwa Safaa yang dulu diabaikannya, kini dicintainya itu,
telah bersuami walaupun suaminya sedang sakit. Tujuan Malik hanya ingin Safaa
kembali ceria, bisa melihat lagi dan Abid sembuh lalu mereka hidup bahagia.
Namun takdir berkehendak lain. Orang tua Malik ingin Safaa menjadi isteri
Malik. Ibu Safaa pun menyetujui. Orang tua Abid hanya pasrah pada takdir lain.
Berat bagi Safaa kalau harus berpaling dari Abid yang sedang koma, namun di
sisi lain Safaa juga masih ada rasa pada Malik.
Petunjuk pertama hadir di mimpi Ayah
Abid, bahwa Abid menginginkan Safaa menikah dengan yang lain, yang mencintainya
sama seperti cinta Abid. Petunjuk kedua datang di mimpi Ibu Abid, yang Abid
minta adalah kornea matanya didonorkan untuk Safaa. Kedua petunjuk itu pun
dikabulkan oleh kedua belah pihak. Saat Safaa memohon petunjuk dari Abid, Abid
pun menghembuskan nafas terakhir dengan meninggalkan keputusan bahwa Safaa
harus tetap hidup dan bersama dengan Malik yang mencintainya. Tak lama
kemudian, Safaa dan Malik pun menikah. Mereka menaburkan bunga bersama di makam
Abid. Abid hidup tenang di kehidupan yang sesungguhnya. Safaa bisa melihat
kembali karena mata Abid dan Malik menjadi suami yang bertanggungjawab pada
Safaa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar