Sabtu, 05 Oktober 2013

Afgansyah Reza - SABAR #SabarGan Cerpen 3


KADO CINTA BUAT ALISA

      


Baru beberapa bulan jadi anak SMK SETIA BANGSA, Lisa sudah jatuh cinta pada salah satu anak Osis yang sewaktu ia orientasi, sering diperhatikannya. Namanya Ega. Anak kelas XII AK 1 yang terkenal paling tampan, baik hati, berprestasi dan penyayang. Selain wajahnya yang manis dan terlihat lembut, ternyata Ega suka banget sama olahraga. Ngegym, main basket, baseball, berenang, naik sepeda, lari pagi, semuanya sudah jadi rutinitas sehari-hari.

Suatu hari, di jam pelajaran olahraga anak kelas XII AK 1, Lisa diam-diam masuk ke kelas itu. Karena suasana kelas memang kosong dan sepi. Lisa membawa selembar surat dalam amplot biru yang tertutup rapi, lalu ia memasukkannya ke kolong meja di barisan keempat di kolom ketiga. Lisa pernah lihat Ega duduk di kursi itu. Setelah berhasil, Lisa langsung keluar dan kembali ke kelasnya.

Sepulang sekolah. Di dekat gerbang saat Lisa ingin pulang, Ega memanggilnya, ada Arghi dan Vera juga.

“Lisa.”

Lisa menoleh ke belakang dan melihat yang memanggilnya adalah Ega, perasaan Lisa sangat gembira tapi ia berusaha biasa.

“Iya.”

Disitu, pikiran Lisa sudah mengkhayal jauh. Ia optimis kalau Ega menanggapi surat cintanya dengan baik dan merasa ada harapan kalau Ega juga menyukainya.

“Ada sahabat gue nih, yang mau ketemu.”

Vera mendorong tubuh Arghi untuk maju beberapa langkah.

“Gue udah baca surat loe.”

Lisa terkejut bukan main.

“Pulang bareng yuk? Biar kita bisa ngobrol.” Ajak Arghi malu-malu.

“Ehm, oke deh, gue sama Vera cabut duluan ya. Bye Lisa, sukses ya ghi.” Ega dan Vera pergi begitu saja.

Terpaksa, Lisa pun mau diantar pulang sama Arghi. Selama di perjalanan, mereka saling berbagi dan banyak cerita. Tapi Lisa sama sekali tidak membahas perasaannya pada Ega bahkan tentang surat cinta yang salah meja itu. Beberapa hari kedekatan Lisa dan Arghi semakin meningkat. Hingga mereka pun jadian. Ega dan Vera mendukung bahkan mereka selalu ada kemana pun Lisa dan Arghi pergi.

Di taman. Lisa, Arghi dan Vera duduk bertiga dalam bangku panjang, sambil mengajari Lisa pelajaran Matematika. Ega berdiri di belakang Lisa, membuat lelucon hingga mereka tertawa bersama. Tak sengaja, Ega mengusap rambut Lisa, ungkapan bangga pada kepintaran Lisa di pelajaran Matematika.

“Hey, itu pacar gue. Jangan pegang-pegang. Ah modus loh ga.”

“Ups sorry, ciyeee pacar loe ya, pinter, elonya? Hahahahaha”

“Hahahahahaha Ega, jangan diledekin ah, ini pertama kalinya Arghi punya pacar. Biarin aja napa.” Kata Vera.

Lisa senang ketika Ega mengusap rambutnya walau hanya sebentar dan ada rasa haru ketika Vera bilang ini pertama kalinya Arghi pacaran.

Jam istirahat, Lisa menyendiri di lapangan basket sambil sesekali belajar memasukkan bola ke dalam ring. Tiba-tiba Ega datang dan membantunya. Arghi yang melihat dari lantai 2 tak curiga sedikit pun. Ia justru senang kalau sahabat dan pacarnya bisa berteman baik.

“Sayaaang. Semangat ya latihannya, kamu pasti bisa. Egaaa, ajarin cewek gue ya. Sampai dia bisa. Oke.” Teriak Arghi.

“Tenang aja ghi.” Jawab Ega.

Lalu Arghi tak terlihat lagi di atas, ia sudah pergi. Lisa harus mengatakan yang sebenarnya soal surat cinta itu.

“Kak, surat itu sebenarnya…”

Belum selesai bicara, Vera mengejutkan mereka.

“Egaaa. Loe ngapain disini? Gue cari-cariin juga. Sebel gue, loe belum selesai cerita soal film Insidious. Buruan ke kelas, certain lagi.” Vera merengek.

“Aduh ver, iya-iya bentar lagi ya. Gue lagi ngajarin Lisa main basket nih, sekali aja deh masuk ke ring, gue langsung susul loe ke kelas deh, janji.”

“Bener ya?” Vera merasa ada yang aneh.

“Iya.”

Mereka lanjut latihan. Vera membalikkan badan dan berjalan pergi dengan perasaan yang mengganjal. Ia telah menyadari satu hal.

Beberapa hari kemudian. Lisa dan Arghi pulang bersama, ternyata deras hujan tadi pagi membuat jalanan becek dan kotor. Ada selingkaran air yang menumpuk di dekat jalan yang akan dilalui Lisa dan Arghi. Saat Ega dan Vera tidak sengaja melewati jalan yang sama, Ega melihat sebuah mobil melaju kencang dari arah berlawanan. Lisa dan Arghi asik mengobrol sampai tidak menyadari ada jalan yang rusak dan becek disitu. Ega berlari kencang, membawa tubuh Lisa dan menyelamatkannya dari cipratan air kotor itu. Lisa dan Ega tidak apa-apa, tapi Arghi sial. Celananya yang basah kuyup dan jadi kotor. Ega dan Lisa menertawainya.

“Arghi, celana loe. Hahahahaha” Kata Ega.

“Ah sial, anjrit tuh mobil.” Arghi menggerutu.

“Ghi, celana loe kotor. Mending ganti dulu di rumah Lisa yuk. Rumah Lisa kan paling deket dari sini.” Usul Vera.

Lisa sport jantung. Ia ingat kalau di kamarnya itu banyak kata-kata yang menyebutkan bahwa ia cinta Ega.

“Heu jangan. Di rumah lagi gak ada orang.”

“Loh bagus dong, jadinya kita bisa sekalian main. Ya kan?” Kata Vera.

“Hhm iya juga tuh. Kebetulan gue bawa dvd Insidious. Kita nonton bareng, gimana?” Tanya Ega.

“Haaa setuju-setuju.” Semangat Vera. Pasalnya, ia memang sudah curiga ada sesuatu yang disembunyikan Lisa. Vera ingin membuktikan sendiri apa yang sebenarnya tidak beres dari Lisa.

Di rumah Lisa. Lisa mengunci pintu kamarnya, takut Vera, Ega ataupun Arghi tiba-tiba menyelinap. Arghi sudah ganti celana, ia memakai celana panjang milik Papanya Lisa dan itu terlihat lucu sekali, lagi-lagi menjadi lelucon. Mereka nonton film Insodious, yang horror dan menegangkan. Setiap adegan seram, Vera selalu teriak, sedangkan Lisa, tak sadar telah memeluk Ega tapi Vera dan Arghi tak melihat karena serius nonton dan tak ingin melewatkan satu adegan pun.

Tak beberapa lama, Ega ijin ke toilet. Di lantai atas, Ega melewati sebuah kamar dengan nama ‘ALISA’. Lantas Ega ingin masuk dan melihat bagaimana kamar seorang Lisa, yang perempuan banget tapi gak manja. Ega penasaran, ia membuka-buka, tapi tidak bisa karena dikunci. Dari atas ia melihat ke ruang televisi.

“Lisa, gue buka kamar loe kok gak bisa, dikunci ya?” teriak Ega.

Lisa ketakutan. Vera dan Arghi turut penasaran.

“Kok dikunci lis? Kenapa? Pengen liat tauuu.” Tanya Vera.

“Iya, kita liat yuk ver.” Ajak Arghi.

Arghi dan Vera pun menyusul Ega. Lisa mengikuti dari belakang.

“Eh jangan, kamar aku berantakan banget kak.”

“Gak papa deh, sama kok kayak kamar gue lis. Boleh masuk ya? Ayo buruan dibuka kuncinya.” Mohon Vera.

“Aduh kebelet nih gue, udah gak usahlah ver. Gue ke toilet ah.” Ega lekas pergi.

Tiba-tiba Vera menerima telepon dari mamanya yang menyuruhnya segera pulang. Vera pun ijin pulang. Tak lama kemudian, Arghi juga pulang karena ia baru ingat kalau teman SMPnya akan datang ke rumah. Setelah mengantar Arghi sampai depan, Lisa menarik nafas dalam-dalam, sedikit tenang. Lisa membuka pintu kamarnya, masuk dan meratapi banyak hal yang telah terjadi dalam hari-harinya semenjak surat cinta itu. Tanpa Lisa sadari, Ega sudah ada di dalam kamarnya sedari tadi dan melihat kenyataan bahwa Lisa sebenarnya mengagumi Ega.

“Lisa.” Kata Ega sambil melihat foto-fotonya yang terpajang di dinding.

Lisa terkejut.

“Kakak.” Kata Lisa pelan.

“Selama ini kamu…”

“Kak, aku bisa jelasin kak, surat cinta itu, itu sebenarnya buat kakak. Aku salah taro kak, aku taro surat itu di kolong mejanya kak Arghi yang aku kira itu meja kak Ega. Please kak, percaya sama aku.”

“Bukan itu masalahnya, Lisa.”

“Sekarang kamu sama Arghi terlanjur ada hubungan. Setelah aku tau ini, aku ngerasa kalau ngerubah semuanya itu udah terlambat.” Lanjut Ega.

“Maksud kakak?”

“Kayaknya aku gak perlu bilang ya sama kamu. Aku pulang.” Ega meninggalkannya penuh kebingungan.

Lisa menangis. Ia menyesali kesalahannya beberapa bulan lalu.

Di sekolah. Lisa menunggu Vera menghampirinya untuk makan siang. Karena Lisa sudah menyiapkan bekal untuknya dan Vera. Panjang umur, Vera datang ke kelasnya dengan marah-marah dan membuat semua yang ada di kelas memperhatikan mereka.

“Eh Lisa, loe tuh ngelunjak ya. Loe liat tuh di kelas gue, Arghi lagi berantem sama Ega. Dan itu gara-gara loe.”

Lisa khawatir tingkat dewa. Ia langsung lari ke kelas Vera dan menyaksikan Ega dipukul Arghi sampai berdarah.

“Berhenti. Arghi, please jangan kayak anak kecil.” Lisa memisahkan Arghi dan Ega. Seisi kelas sudah ramai dikerumuni banyak siswa.

“Siapa yang kayak anak kecil? Gue? Atau loe berdua?” tanya Arghi dengan keras dan penuh kekesalan.
Lisa bingung dengan pertanyaan Arghi. Apakah Arghi mengetahui kebenaran surat cinta itu?

“Tuh loe liat.” Arghi menunjuk kamera SLR milik Ega yang tergeletak di meja.

Lisa mengambilnya dan melihat foto-foto yang ada di dalamnya. Tak terbayangkan, ternyata semua isi foto-foto itu adalah foto Lisa. Mulai dari pertama kali Lisa orientasi, sampai Lisa di kelas, olahraga, di kantin, pulang sekolah, semuanya ada. Lisa menangis dan kali ini entah menangis bahagia, kecewa, sedih atau takut. Lisa tak bisa mengeluarkan satu kata pun.

“Munafik loe berdua.” Tegas Arghi.

Keributan itu menghilang begitu saja tanpa penyelesaian yang bijak. Lisa membantu Ega mengobati luka-lukanya di UKS. Arghi pulang ke rumah dengan rasa sakit hati. Sedangkan Vera, mengungkapkan rasa kekecewaannya di taman dengan menangis sambil mengingat kedekatannya dengan Lisa yang sudah seperti kakak-beradik. Lisa merebut cinta pertamanya, sekaligus sahabat dan satu-satunya orang yang selalu ada buatnya. Vera sejak bersahabat dengan Ega, sudah menyimpan perasaan yang dalam dan lebih dari sebatas teman tapi Vera belum bisa mengatakannya karena takut Ega akan menolaknya. Justru Lisa, pacar Arghi, yang sangat dicintai Ega sampai segitunya. Vera sangat kecewa.

Beberapa hari berlalu, Lisa memutuskan akan pindah sekolah dan ke luar kota. Saat perpisahannya di hari terakhir. Ega, Arghi dan Vera tak mengetahuinya. Di bandara, saat Lisa dan kedua orang tuanya akan melakukan penerbangan ke Palembang. Lisa cemas, Lisa berharap ada satu hal terbaik yang akan terjadi, yang bisa menenangkan pikirannya. Apalagi hari ini hari ulang tahunnya yang ke-17.

Di sekolah, Nadha, teman sekelas Ega, Arghi dan Vera yang waktu itu memergoki Lisa menaruh surat cinta di kolong meja Arghi memberanikan diri untuk menjelaskan yang sebenarnya. Arghi pun menerima bahwa ia telah salah paham dan Vera juga merasa bersalah karena terlambat bilang cinta pada Ega sehingga Ega terlanjut mencintai Lisa. Arghi ingat, padahal sewaktu Lisa di orientasi, ia sering menyiksa Lisa dan membuat Lisa susah dalam bertugas di penerimaan siswa baru. Ia yakin kalau Lisa tidak mungkin menyukainya. Setelah Nadha bilang kalau Lisa sudah keluar dari sekolah dan sudah berangkat ke Palembang. Ega, Arghi dan Vera bergegas ke bandara.

Di perjalanan menuju bandara, Ega melihat tanggal di handphonenya. Hari ini Lisa berulang tahun. Tak sempat membeli kado, Ega terburu-buru menyusul Lisa. Mereka mencari tempat Lisa akan melakukan penerbangan. Mereka pun menemukan Lisa, Ega memanggilnya dengan keras.

“Happy Birthday Lisa.”

Lisa dan kedua orang tuanya pun menengok ke arah Ega. Lisa menjatuhkan tas dibahunya. Ega berlari memeluk Lisa. Arghi dan Vera menyusul.

“Happy Birthday Lisa. Please kamu jangan pergi. Jangan tinggalin kita.” Kata Ega.

Lisa melepaskan pelukannya. Mama dan Papa merasa senang akhirnya mereka tidak jadi ke Palembang karena memang kepergian itu tidak sepenuhnya mereka inginkan.

“Kalau loe masih mau jadi adik kelas sekaligus sahabat gue, loe harus tetep sekolah bareng kita.” Ujar Vera.

“Lisa, gue janji deh, gue gak akan salah paham lagi, gak akan kegeeran, kepedean, sok ganteng, gak bakalan deh. Janji.” Kata Arghi.

Lisa yang tadinya cemberut dan lesu akhirnya tersenyum dan semangat lagi.

“Ma, Pa…” Lisa menoleh ke orang tuanya.

“Kita gak jadi ke Palembang.” Kata Mama.

Ega, Arghi dan Vera senang. Lisa ikut-ikutan.

“Yeay.” Teriak Vera.

“Oh jadi sekarang gue jomblo ya? Hadeeeh.” Kata Arghi.

“Hahahahahaha kasihan deh. Lah gue, sakit hati dong gak bisa dapetin Ega.” Sambung Vera.

“Ya udah loe jadian aja sama gue, kita kan sama-sama lagi patah hati.”

“Dih ogah ya, males gue pacaran sama loe. Ntar yang ada makin rame.”

“Enak aja, yang bikin rame kan elo ver.”

“Enggak. Elo juga ghi.”

“Apaan. Elo yang lebih rame.”

Mereka bertengkar. Ega dan Lisa bahagia karena akhirnya semua kembali membaik seperti seharusnya. SEKIAN.

Inspired by : Afgansyah Reza - SABAR




Nimaz Dewantary as ALISA


Vebby Palwinta as VERA


Elscant Wifesa as EGA


 Aditya Suryo Saputro as ARGHI

Cut Nadya as NADHA

1 komentar:

  1. wah, baru tau saya kalau delisha punya blog. ceritnya menarik lagi. salam kenal dari orang baru.

    BalasHapus