KADO CINTA
BUAT ALISA
Baru
beberapa bulan jadi anak SMK SETIA BANGSA, Lisa sudah jatuh cinta pada salah
satu anak Osis yang sewaktu ia orientasi, sering diperhatikannya. Namanya Ega.
Anak kelas XII AK 1 yang terkenal paling tampan, baik hati, berprestasi dan
penyayang. Selain wajahnya yang manis dan terlihat lembut, ternyata Ega suka
banget sama olahraga. Ngegym, main basket, baseball, berenang, naik sepeda,
lari pagi, semuanya sudah jadi rutinitas sehari-hari.
Suatu
hari, di jam pelajaran olahraga anak kelas XII AK 1, Lisa diam-diam masuk ke
kelas itu. Karena suasana kelas memang kosong dan sepi. Lisa membawa selembar
surat dalam amplot biru yang tertutup rapi, lalu ia memasukkannya ke kolong
meja di barisan keempat di kolom ketiga. Lisa pernah lihat Ega duduk di kursi
itu. Setelah berhasil, Lisa langsung keluar dan kembali ke kelasnya.
Sepulang
sekolah. Di dekat gerbang saat Lisa ingin pulang, Ega memanggilnya, ada Arghi
dan Vera juga.
“Lisa.”
Lisa
menoleh ke belakang dan melihat yang memanggilnya adalah Ega, perasaan Lisa
sangat gembira tapi ia berusaha biasa.
“Iya.”
Disitu,
pikiran Lisa sudah mengkhayal jauh. Ia optimis kalau Ega menanggapi surat
cintanya dengan baik dan merasa ada harapan kalau Ega juga menyukainya.
“Ada
sahabat gue nih, yang mau ketemu.”
Vera
mendorong tubuh Arghi untuk maju beberapa langkah.
“Gue
udah baca surat loe.”
Lisa
terkejut bukan main.
“Pulang
bareng yuk? Biar kita bisa ngobrol.” Ajak Arghi malu-malu.
“Ehm,
oke deh, gue sama Vera cabut duluan ya. Bye Lisa, sukses ya ghi.” Ega dan Vera
pergi begitu saja.
Terpaksa,
Lisa pun mau diantar pulang sama Arghi. Selama di perjalanan, mereka saling
berbagi dan banyak cerita. Tapi Lisa sama sekali tidak membahas perasaannya
pada Ega bahkan tentang surat cinta yang salah meja itu. Beberapa hari
kedekatan Lisa dan Arghi semakin meningkat. Hingga mereka pun jadian. Ega dan Vera mendukung bahkan mereka selalu ada kemana pun Lisa dan Arghi pergi.
Di
taman. Lisa, Arghi dan Vera duduk bertiga dalam bangku panjang, sambil
mengajari Lisa pelajaran Matematika. Ega berdiri di belakang Lisa, membuat
lelucon hingga mereka tertawa bersama. Tak sengaja, Ega mengusap rambut Lisa,
ungkapan bangga pada kepintaran Lisa di pelajaran Matematika.
“Hey,
itu pacar gue. Jangan pegang-pegang. Ah modus loh ga.”
“Ups
sorry, ciyeee pacar loe ya, pinter, elonya? Hahahahaha”
“Hahahahahaha
Ega, jangan diledekin ah, ini pertama kalinya Arghi punya pacar. Biarin aja napa.”
Kata Vera.
Lisa
senang ketika Ega mengusap rambutnya walau hanya sebentar dan ada rasa haru
ketika Vera bilang ini pertama kalinya Arghi pacaran.
Jam
istirahat, Lisa menyendiri di lapangan basket sambil sesekali belajar memasukkan
bola ke dalam ring. Tiba-tiba Ega datang dan membantunya. Arghi yang melihat
dari lantai 2 tak curiga sedikit pun. Ia justru senang kalau sahabat dan
pacarnya bisa berteman baik.
“Sayaaang.
Semangat ya latihannya, kamu pasti bisa. Egaaa, ajarin cewek gue ya. Sampai dia
bisa. Oke.” Teriak Arghi.
“Tenang
aja ghi.” Jawab Ega.
Lalu
Arghi tak terlihat lagi di atas, ia sudah pergi. Lisa harus mengatakan yang
sebenarnya soal surat cinta itu.
“Kak,
surat itu sebenarnya…”
Belum
selesai bicara, Vera mengejutkan mereka.
“Egaaa.
Loe ngapain disini? Gue cari-cariin juga. Sebel gue, loe belum selesai cerita
soal film Insidious. Buruan ke kelas, certain lagi.” Vera merengek.
“Aduh
ver, iya-iya bentar lagi ya. Gue lagi ngajarin Lisa main basket nih, sekali aja
deh masuk ke ring, gue langsung susul loe ke kelas deh, janji.”
“Bener
ya?” Vera merasa ada yang aneh.
“Iya.”
Mereka
lanjut latihan. Vera membalikkan badan dan berjalan pergi dengan perasaan yang
mengganjal. Ia telah menyadari satu hal.
Beberapa
hari kemudian. Lisa dan Arghi pulang bersama, ternyata deras hujan tadi pagi
membuat jalanan becek dan kotor. Ada selingkaran air yang menumpuk di dekat
jalan yang akan dilalui Lisa dan Arghi. Saat Ega dan Vera tidak sengaja
melewati jalan yang sama, Ega melihat sebuah mobil melaju kencang dari arah
berlawanan. Lisa dan Arghi asik mengobrol sampai tidak menyadari ada jalan yang
rusak dan becek disitu. Ega berlari kencang, membawa tubuh Lisa dan menyelamatkannya
dari cipratan air kotor itu. Lisa dan Ega tidak apa-apa, tapi Arghi sial. Celananya
yang basah kuyup dan jadi kotor. Ega dan Lisa menertawainya.
“Arghi,
celana loe. Hahahahaha” Kata Ega.
“Ah
sial, anjrit tuh mobil.” Arghi menggerutu.
“Ghi,
celana loe kotor. Mending ganti dulu di rumah Lisa yuk. Rumah Lisa kan paling
deket dari sini.” Usul Vera.
Lisa
sport jantung. Ia ingat kalau di kamarnya itu banyak kata-kata yang menyebutkan
bahwa ia cinta Ega.
“Heu
jangan. Di rumah lagi gak ada orang.”
“Loh
bagus dong, jadinya kita bisa sekalian main. Ya kan?” Kata Vera.
“Hhm
iya juga tuh. Kebetulan gue bawa dvd Insidious. Kita nonton bareng, gimana?”
Tanya Ega.
“Haaa
setuju-setuju.” Semangat Vera. Pasalnya, ia memang sudah curiga ada sesuatu
yang disembunyikan Lisa. Vera ingin membuktikan sendiri apa yang sebenarnya
tidak beres dari Lisa.
Di
rumah Lisa. Lisa mengunci pintu kamarnya, takut Vera, Ega ataupun Arghi tiba-tiba
menyelinap. Arghi sudah ganti celana, ia memakai celana panjang milik Papanya
Lisa dan itu terlihat lucu sekali, lagi-lagi menjadi lelucon. Mereka nonton
film Insodious, yang horror dan menegangkan. Setiap adegan seram, Vera selalu
teriak, sedangkan Lisa, tak sadar telah memeluk Ega tapi Vera dan Arghi tak
melihat karena serius nonton dan tak ingin melewatkan satu adegan pun.
Tak
beberapa lama, Ega ijin ke toilet. Di lantai atas, Ega melewati sebuah kamar
dengan nama ‘ALISA’. Lantas Ega ingin masuk dan melihat bagaimana kamar seorang
Lisa, yang perempuan banget tapi gak manja. Ega penasaran, ia membuka-buka,
tapi tidak bisa karena dikunci. Dari atas ia melihat ke ruang televisi.
“Lisa,
gue buka kamar loe kok gak bisa, dikunci ya?” teriak Ega.
Lisa
ketakutan. Vera dan Arghi turut penasaran.
“Kok
dikunci lis? Kenapa? Pengen liat tauuu.” Tanya Vera.
“Iya,
kita liat yuk ver.” Ajak Arghi.
Arghi
dan Vera pun menyusul Ega. Lisa mengikuti dari belakang.
“Eh
jangan, kamar aku berantakan banget kak.”
“Gak
papa deh, sama kok kayak kamar gue lis. Boleh masuk ya? Ayo buruan dibuka
kuncinya.” Mohon Vera.
“Aduh
kebelet nih gue, udah gak usahlah ver. Gue ke toilet ah.” Ega lekas pergi.
Tiba-tiba
Vera menerima telepon dari mamanya yang menyuruhnya segera pulang. Vera pun
ijin pulang. Tak lama kemudian, Arghi juga pulang karena ia baru ingat kalau
teman SMPnya akan datang ke rumah. Setelah mengantar Arghi sampai depan, Lisa
menarik nafas dalam-dalam, sedikit tenang. Lisa membuka pintu kamarnya, masuk
dan meratapi banyak hal yang telah terjadi dalam hari-harinya semenjak surat
cinta itu. Tanpa Lisa sadari, Ega sudah ada di dalam kamarnya sedari tadi dan
melihat kenyataan bahwa Lisa sebenarnya mengagumi Ega.
“Lisa.”
Kata Ega sambil melihat foto-fotonya yang terpajang di dinding.
Lisa
terkejut.
“Kakak.”
Kata Lisa pelan.
“Selama
ini kamu…”
“Kak,
aku bisa jelasin kak, surat cinta itu, itu sebenarnya buat kakak. Aku salah
taro kak, aku taro surat itu di kolong mejanya kak Arghi yang aku kira itu meja
kak Ega. Please kak, percaya sama aku.”
“Bukan
itu masalahnya, Lisa.”
“Sekarang
kamu sama Arghi terlanjur ada hubungan. Setelah aku tau ini, aku ngerasa kalau
ngerubah semuanya itu udah terlambat.” Lanjut Ega.
“Maksud
kakak?”
“Kayaknya
aku gak perlu bilang ya sama kamu. Aku pulang.” Ega meninggalkannya penuh
kebingungan.
Lisa
menangis. Ia menyesali kesalahannya beberapa bulan lalu.
Di
sekolah. Lisa menunggu Vera menghampirinya untuk makan siang. Karena Lisa sudah
menyiapkan bekal untuknya dan Vera. Panjang umur, Vera datang ke kelasnya
dengan marah-marah dan membuat semua yang ada di kelas memperhatikan mereka.
“Eh
Lisa, loe tuh ngelunjak ya. Loe liat tuh di kelas gue, Arghi lagi berantem sama
Ega. Dan itu gara-gara loe.”
Lisa
khawatir tingkat dewa. Ia langsung lari ke kelas Vera dan menyaksikan Ega
dipukul Arghi sampai berdarah.
“Berhenti.
Arghi, please jangan kayak anak kecil.” Lisa memisahkan Arghi dan Ega. Seisi kelas
sudah ramai dikerumuni banyak siswa.
“Siapa
yang kayak anak kecil? Gue? Atau loe berdua?” tanya Arghi dengan keras dan penuh
kekesalan.
Lisa
bingung dengan pertanyaan Arghi. Apakah Arghi mengetahui kebenaran surat cinta
itu?
“Tuh
loe liat.” Arghi menunjuk kamera SLR milik Ega yang tergeletak di meja.
Lisa
mengambilnya dan melihat foto-foto yang ada di dalamnya. Tak terbayangkan,
ternyata semua isi foto-foto itu adalah foto Lisa. Mulai dari pertama kali Lisa
orientasi, sampai Lisa di kelas, olahraga, di kantin, pulang sekolah, semuanya
ada. Lisa menangis dan kali ini entah menangis bahagia, kecewa, sedih atau
takut. Lisa tak bisa mengeluarkan satu kata pun.
“Munafik
loe berdua.” Tegas Arghi.
Keributan
itu menghilang begitu saja tanpa penyelesaian yang bijak. Lisa membantu Ega
mengobati luka-lukanya di UKS. Arghi pulang ke rumah dengan rasa sakit hati. Sedangkan
Vera, mengungkapkan rasa kekecewaannya di taman dengan menangis sambil mengingat
kedekatannya dengan Lisa yang sudah seperti kakak-beradik. Lisa merebut cinta
pertamanya, sekaligus sahabat dan satu-satunya orang yang selalu ada buatnya. Vera
sejak bersahabat dengan Ega, sudah menyimpan perasaan yang dalam dan lebih dari
sebatas teman tapi Vera belum bisa mengatakannya karena takut Ega akan
menolaknya. Justru Lisa, pacar Arghi, yang sangat dicintai Ega sampai
segitunya. Vera sangat kecewa.
Beberapa
hari berlalu, Lisa memutuskan akan pindah sekolah dan ke luar kota. Saat perpisahannya
di hari terakhir. Ega, Arghi dan Vera tak mengetahuinya. Di bandara, saat Lisa
dan kedua orang tuanya akan melakukan penerbangan ke Palembang. Lisa cemas,
Lisa berharap ada satu hal terbaik yang akan terjadi, yang bisa menenangkan
pikirannya. Apalagi hari ini hari ulang tahunnya yang ke-17.
Di
sekolah, Nadha, teman sekelas Ega, Arghi dan Vera yang waktu itu memergoki Lisa
menaruh surat cinta di kolong meja Arghi memberanikan diri untuk menjelaskan
yang sebenarnya. Arghi pun menerima bahwa ia telah salah paham dan Vera juga
merasa bersalah karena terlambat bilang cinta pada Ega sehingga Ega terlanjut
mencintai Lisa. Arghi ingat, padahal sewaktu Lisa di orientasi, ia sering
menyiksa Lisa dan membuat Lisa susah dalam bertugas di penerimaan siswa baru. Ia
yakin kalau Lisa tidak mungkin menyukainya. Setelah Nadha bilang kalau Lisa
sudah keluar dari sekolah dan sudah berangkat ke Palembang. Ega, Arghi dan Vera
bergegas ke bandara.
Di
perjalanan menuju bandara, Ega melihat tanggal di handphonenya. Hari ini Lisa
berulang tahun. Tak sempat membeli kado, Ega terburu-buru menyusul Lisa. Mereka
mencari tempat Lisa akan melakukan penerbangan. Mereka pun menemukan Lisa, Ega
memanggilnya dengan keras.
“Happy
Birthday Lisa.”
Lisa
dan kedua orang tuanya pun menengok ke arah Ega. Lisa menjatuhkan tas
dibahunya. Ega berlari memeluk Lisa. Arghi dan Vera menyusul.
“Happy
Birthday Lisa. Please kamu jangan pergi. Jangan tinggalin kita.” Kata Ega.
Lisa
melepaskan pelukannya. Mama dan Papa merasa senang akhirnya mereka tidak jadi
ke Palembang karena memang kepergian itu tidak sepenuhnya mereka inginkan.
“Kalau
loe masih mau jadi adik kelas sekaligus sahabat gue, loe harus tetep sekolah
bareng kita.” Ujar Vera.
“Lisa,
gue janji deh, gue gak akan salah paham lagi, gak akan kegeeran, kepedean, sok
ganteng, gak bakalan deh. Janji.” Kata Arghi.
Lisa
yang tadinya cemberut dan lesu akhirnya tersenyum dan semangat lagi.
“Ma,
Pa…” Lisa menoleh ke orang tuanya.
“Kita
gak jadi ke Palembang.” Kata Mama.
Ega,
Arghi dan Vera senang. Lisa ikut-ikutan.
“Yeay.”
Teriak Vera.
“Oh
jadi sekarang gue jomblo ya? Hadeeeh.” Kata Arghi.
“Hahahahahaha
kasihan deh. Lah gue, sakit hati dong gak bisa dapetin Ega.” Sambung Vera.
“Ya
udah loe jadian aja sama gue, kita kan sama-sama lagi patah hati.”
“Dih
ogah ya, males gue pacaran sama loe. Ntar yang ada makin rame.”
“Enak
aja, yang bikin rame kan elo ver.”
“Enggak.
Elo juga ghi.”
“Apaan.
Elo yang lebih rame.”
Mereka
bertengkar. Ega dan Lisa bahagia karena akhirnya semua kembali membaik seperti
seharusnya. SEKIAN.
Inspired by : Afgansyah Reza - SABAR
Nimaz Dewantary as ALISA
Vebby Palwinta as VERA
Elscant Wifesa as EGA
Aditya Suryo Saputro as ARGHI
Cut Nadya as NADHA
wah, baru tau saya kalau delisha punya blog. ceritnya menarik lagi. salam kenal dari orang baru.
BalasHapus